Senin, 05/08/2019

Bukit Soeharto Jadi Pusat Pemerintahan, Pengusaha Batu Bara Tak Merasa Khawatir

Senin, 05/08/2019

Kawasan bukti suharto ( Foto: edwinsudar.blogspot.com )

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Bukit Soeharto Jadi Pusat Pemerintahan, Pengusaha Batu Bara Tak Merasa Khawatir

Senin, 05/08/2019

logo

Kawasan bukti suharto ( Foto: edwinsudar.blogspot.com )

KORANKALTIM.COM, SAMARINDA – Sebanyak 43 izin pertambangan batu bara dengan luasan 61.850 hektare terdapat di kawasan Tahura Bukit Soeharto.  Meski terlepas dari wilayah rencana pembangunan ibu kota, namun keberadaan tambang itu tidak menutup kemungkinan akan dievaluasi.

Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Samarinda (APBS) Eko Prayitno mengatakan, rencana Tahura Bukit Soeharto menjadi lokasi pusat pemerintahan sudah diketahui oleh perusahaan tambang batu bara yang memiliki konsesi di sekitaran Tahura Bukit Soeharto, namun tak ada yang menolak karena APBS mengedepankan kebutuhan nasional.    

Menurut dia, perusahaan tidak terlalu merasa khawatir akan adanya pengawasan ketat dari pemerintah pusat akan operasional mereka di wilayah Bukit Soeharto.

“Pemindahan pusat pemerintahan itu butuh waktu yang lama, meski begitu kita tetap memprioritaskan keinginan pusat jika harus menutup kawasan pertambangan di kawasan Tahura,” ucapnya.

Pemerintah pusat tambahnya, punya banyak pertimbangan pada operasional pertambangan itu jika harus menutupnya. Karena banyak hal yang harus dipahami dan diperhitungkan bersama. Mulai dari umur produksi tambang, durasi kontrak dan perhitungan lainnya. 

“Sebenarnya, bila pasti ke Tahura, pembangunan infrastruktur pusat pemerintahan itu bisa sejalan dengan operasional pertambangan,” katanya. 

Seperti pernah ia utarakan pada media sebelumnya, terkait kepentingan nasional, APBS selalu memberikan dukungan penuh. Hal itu terjadi pada jalan tol Balikpapan-Samarinda yang juga bersinggungan dengan tambangan batu bara. Disepakati, semua aktivitas pertambangan yang bersinggungan langsung dengan proyek pemerintah itu, tidak dilakukan. 

Diketahui, rata-rata perusahaan tambang dibawah APBS yang beroperasi di Tahura Bukit Soeharto, adalah perusahaan skala kecil dan menengah yang sebelumnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebelum diserahkan  pemerintah provinsi, disahkan pemerintah kabupaten dan kota. 

Ia juga menyebut, cadangan batu bara Tahura Bukit Soeharto, punya kualitas menengah dengan kalori berkisar 4-5 ribu kcal/kg.

Tingkat produksi untuk konsesi dengan trader besar bisa menghasilkan minimal 60 ribu ton. Sedangkan untuk konsesi skala kecil menengah yang banyak beroperasi di tahura, normalnya menghasilkan maksimal 30 ribu ton per bulan. “Intinya, apapun kondisinya, APBS siap mendukung program perpindahan pusat pemerintahan pusat itu ke Tahura Bukit Soeharto. Sekali lagi semuanya pasti berproses dan butuh waktu. Karena ada kepentingan pemerintah daerah juga pada proses konsesi itu,” katanya. (*)


Penulis: */Adhy ABdhian

Editor: Aspian Nur

Bukit Soeharto Jadi Pusat Pemerintahan, Pengusaha Batu Bara Tak Merasa Khawatir

Senin, 05/08/2019

Kawasan bukti suharto ( Foto: edwinsudar.blogspot.com )

Berita Terkait


Bukit Soeharto Jadi Pusat Pemerintahan, Pengusaha Batu Bara Tak Merasa Khawatir

Kawasan bukti suharto ( Foto: edwinsudar.blogspot.com )

KORANKALTIM.COM, SAMARINDA – Sebanyak 43 izin pertambangan batu bara dengan luasan 61.850 hektare terdapat di kawasan Tahura Bukit Soeharto.  Meski terlepas dari wilayah rencana pembangunan ibu kota, namun keberadaan tambang itu tidak menutup kemungkinan akan dievaluasi.

Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Samarinda (APBS) Eko Prayitno mengatakan, rencana Tahura Bukit Soeharto menjadi lokasi pusat pemerintahan sudah diketahui oleh perusahaan tambang batu bara yang memiliki konsesi di sekitaran Tahura Bukit Soeharto, namun tak ada yang menolak karena APBS mengedepankan kebutuhan nasional.    

Menurut dia, perusahaan tidak terlalu merasa khawatir akan adanya pengawasan ketat dari pemerintah pusat akan operasional mereka di wilayah Bukit Soeharto.

“Pemindahan pusat pemerintahan itu butuh waktu yang lama, meski begitu kita tetap memprioritaskan keinginan pusat jika harus menutup kawasan pertambangan di kawasan Tahura,” ucapnya.

Pemerintah pusat tambahnya, punya banyak pertimbangan pada operasional pertambangan itu jika harus menutupnya. Karena banyak hal yang harus dipahami dan diperhitungkan bersama. Mulai dari umur produksi tambang, durasi kontrak dan perhitungan lainnya. 

“Sebenarnya, bila pasti ke Tahura, pembangunan infrastruktur pusat pemerintahan itu bisa sejalan dengan operasional pertambangan,” katanya. 

Seperti pernah ia utarakan pada media sebelumnya, terkait kepentingan nasional, APBS selalu memberikan dukungan penuh. Hal itu terjadi pada jalan tol Balikpapan-Samarinda yang juga bersinggungan dengan tambangan batu bara. Disepakati, semua aktivitas pertambangan yang bersinggungan langsung dengan proyek pemerintah itu, tidak dilakukan. 

Diketahui, rata-rata perusahaan tambang dibawah APBS yang beroperasi di Tahura Bukit Soeharto, adalah perusahaan skala kecil dan menengah yang sebelumnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebelum diserahkan  pemerintah provinsi, disahkan pemerintah kabupaten dan kota. 

Ia juga menyebut, cadangan batu bara Tahura Bukit Soeharto, punya kualitas menengah dengan kalori berkisar 4-5 ribu kcal/kg.

Tingkat produksi untuk konsesi dengan trader besar bisa menghasilkan minimal 60 ribu ton. Sedangkan untuk konsesi skala kecil menengah yang banyak beroperasi di tahura, normalnya menghasilkan maksimal 30 ribu ton per bulan. “Intinya, apapun kondisinya, APBS siap mendukung program perpindahan pusat pemerintahan pusat itu ke Tahura Bukit Soeharto. Sekali lagi semuanya pasti berproses dan butuh waktu. Karena ada kepentingan pemerintah daerah juga pada proses konsesi itu,” katanya. (*)


Penulis: */Adhy ABdhian

Editor: Aspian Nur

 

Berita Terkait

Pemkot Samarinda Kirim Bantuan ke Mahakam Ulu, Andi Harun Tegaskan Tak Biarkan Bupati dan Wakilnya Menanggung Beban Sendirian

Ledakan Smalter Sangasanga Akibat Aliran Pendingin Buangan Macet

Banjir Semakin Meluas, 42 Kampung di Mahakam Ulu Tergenang

Aksi Demonstrasi Korban Bekas Lubang Tambang di Polda Kaltim Berakhir Ricuh, Enam Mahasiswa Terluka

Besok, Ustadz Abdul Somad jadi Khatib Salat Jumat dan Isi Tablik Akbar di Masjid Al Qadar Tenggarong

Banjir di Mahulu Sudah Setinggi Empat Meter, BPBD Kaltim Kerahkan Personel untuk Evakuasi

Mahulu Diterjang Banjir, Lima Kecamatan Terendam Imbas Limpahan Air dari Ulu Mahakam dan Sungai Boh Malinau

P2LH-SDA Unmul Sudah Ambil Sampel Air SKM yang Berwarna Hijau

Pasar Baqa di Samarinda Seberang Diresmikan, Fasilitasnya Dilengkapi Masjid dan Lift Khusus Barang

Bermula dari Cekcok, Empat Pelaku Penganiayaan Anak di Samboja Ditangkap Polisi

Tiga Hari Air SKM Samarinda Berubah Warna

Bayi Perempuan Dibungkus Kain Putih Ditemukan di Semak Belukar, Polisi Selidiki Sekitar TKP Cari Pelaku

Empat Tersangka Penggerebekan saat Pesta Narkoba di Penginapan Samarinda Seberang Berpotensi Direhab

Pemkot Samarinda Luncurkan Aplikasi Perjalanan Dinas, Andi Harun: Meminimalkan Praktik Tidak Benar

Jalinan Asmara Diputus, Pria 30 Tahun Sebar Cuplikan Video Hubungan Intim dengan Mahasiswi di Samarinda

Hujan Deras Sejak Pagi Tadi, Kecamatan Long Apari Dilanda Banjir, Pipa Air Bersih Kampung Long Kerioq Terancam Putus

Pj Gubernur Bakal Evaluasi BKT, KIP Kaltim Sebut Langkah yang Tepat

Niat Mencari Kijing Bersama Tiga Temannya, Remaja Lelaki Tewas Tenggelam di Kolam Kebun Warga di Loa Tebu

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.