Rabu, 01/05/2024
Rabu, 01/05/2024
Ilustrasi nyamuk DBD. (Foto: Shutterstock)
Rabu, 01/05/2024
Ilustrasi nyamuk DBD. (Foto: Shutterstock)
KORANKALTIM.COM, JAKARTA - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di RI mengalami peningkatan. Bahkan menurut data Kementerian Kesehatan RI, kasus mencapai 88.593 sepanjang 2024.
Ini merupakan peningkatan tiga kali lipat dibanding 2023 lalu. Di mana kala itu, Kemenkes mencatat kasus berjumlah 28.579.
"Ini karena Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan (gerakan) 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) yang tidak optimal dilakukan," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (1/5/2024).
"Selain faktor manusia faktor lingkungan dan vektornya dalam hal ini nyamuk, yang juga siklus kehidupan dipengaruhi situasi alam," tambahnya.
"Artinya dengan ada El Nino, pergeseran musim pancaroba dan curah hujan, iklim berubah, pasti siklus nyamuk terjadi. Sehingga lebih pendek siklus dari larva menjadi nyamuk dewasa. Jadi makin cepat perkembangan nyamuk," jelasnya.
Secara rinci, dari 88 ribu kasus tersebut, sudah terdapat 621 kematian. Kota dan Kabupaten Bandung memimpin jumlah kasus terbanyak plus kematian tertinggi.
Lima kota /kabupaten kasus tertinggi antara lain, Kota Bandung 3.468 kasus, Kabupaten Tangerang 2.540 kasus, Kota Bogor 1.944 kasus, Kota Kendari 1.659 kasus lalu Kabupaten Bandung Barat 1.576 kasus. Sementara lima kota/kabupaten kematian tertinggi yakni Kabupaten Bandung 29 kematian, Kabupaten Jepara 21 kematian, Kota Bekasi 19 kematian, Kabupaten Subang 18 kematian dan Kabupaten Kendal 17 Kematian.
"Deteksi dini untuk mengenali penyakit di daerah sekitar pasien yang pos DBD dapat dilakukan, intervensi juga," jelas Siti Nadia lagi mengenai upaya menekan kasus.
"Dorongan pemerintah dan Dinkes harus ada tapi tanggungjawab individu setiap org untuk menjaga, jangan ada potensi sarang nyamuk dan memberantas jentik nyamuk itu jadi tanggung jawab masing-masing," tambahnya.
"Karena tidak mungkin mungkin petugas atau kader untuk mengawasi semua rumah tangga. Sama seperti penggunaan masker saat Covid. Harus kesadaran dari masing-masing juga untuk sama-sama mencegah peningkatan kasus DBD," tegasnya.
Sementara itu, mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) DI 2023, kasus DBD secara global telah meningkat tajam selama dua dekade terakhir. Sehingga menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat yang besar.
Dari tahun 2000 hingga 2019, tangan PBB itu mendokumentasikan peningkatan sepuluh kali lipat kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, dari 500 ribu menjadi 5,2 juta. Tahun 2019 menandai puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan kasus-kasus yang dilaporkan menyebar di 129 negara.
Setelah terjadi sedikit penurunan kasus antara tahun 2020-2022 akibat pandemi Covid-19, tingkat pelaporan melonjak di 2023 secara global. Ditandai dengan peningkatan signifikan dalam jumlah, skala, dan peningkatan kasus secara simultan.
Editor: Maruly Z
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.