Selasa, 27/11/2018

Harga Kelapa Sawit Anjlok, Petani kelapa sawit di PPU Mengeluh

Selasa, 27/11/2018

ilustrasi Petani sawit

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Harga Kelapa Sawit Anjlok, Petani kelapa sawit di PPU Mengeluh

Selasa, 27/11/2018

logo

ilustrasi Petani sawit

PENAJAM - Petani kelapa sawit di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengeluhkan rendahnya nilai beli tandan buah segar (TBS) oleh pablik atau perusahaan dalam tujuh bulan terakhir.

Para petani menilai, harga jual pabrik tidak sesuai dengan ongkos produksi yang dikeluarkan. Harga beli kepala sawit hanya mencapai Rp700, sementara biaya produksi berdasarkan hitungan petani kurang lebih Rp820/kg.

Atas kondisi tersebut, demi menghidupin atau memenuhi kebutuhan keluarga mereka, diharuskan untuk tidak melakukan pemupukan lahan sawit karena penghasilan tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Kami langsung jual dipabrik, kalau di-loding-an lebih murah lagi hanya Rp540,   dengan harga Rp700/kg, kami tidak bisa memupuk, bagaimana mau mupuk, anak kuliah, kosan aja sudah Rp500 ribu, belum biaya makannya,” beber Seto Rachman, warga Kelurahan Maridan, Senin (26/11).

Lanjutnya, perusahaan yang ada di Kabupaten PPU, diharapkan dapat mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebab nilai beli saat ini, terjun bebas dari ketetapan yang telah diatur.

Nilai beli yang kini, sangat bertentangan dengan Permentan No 01/Permentan/KB.120/1/2018, di mana harga beli sawit terendah seharusnya tidak kurang dari Rp1.200/kg.

“Kami ingin perusahaan mengikuti aturan, kalau harga beli di atas Rp1.000, kami masih ada sedikit kelebihan, bisalah untuk menabung untuk anak istri, kalau kaya begini kami menjerit,” harapnya.

Seto mengakui, kondisi menurutnya harga itu telah terjadi kurang lebih tujuh bulan terakhir. Ia tak mengetahui penyebab anjloknya nilai beli oleh perusahaan. “Karena kami belum pernah menghadap dengan perusahaan, jadi kami masih gagal paham, insya Allah setelah melakukan pertemuan dengan pemerintah mendapatkan solusi,” tutupnya. (Wn)

Harga Kelapa Sawit Anjlok, Petani kelapa sawit di PPU Mengeluh

Selasa, 27/11/2018

ilustrasi Petani sawit

Berita Terkait


Harga Kelapa Sawit Anjlok, Petani kelapa sawit di PPU Mengeluh

ilustrasi Petani sawit

PENAJAM - Petani kelapa sawit di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengeluhkan rendahnya nilai beli tandan buah segar (TBS) oleh pablik atau perusahaan dalam tujuh bulan terakhir.

Para petani menilai, harga jual pabrik tidak sesuai dengan ongkos produksi yang dikeluarkan. Harga beli kepala sawit hanya mencapai Rp700, sementara biaya produksi berdasarkan hitungan petani kurang lebih Rp820/kg.

Atas kondisi tersebut, demi menghidupin atau memenuhi kebutuhan keluarga mereka, diharuskan untuk tidak melakukan pemupukan lahan sawit karena penghasilan tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.

“Kami langsung jual dipabrik, kalau di-loding-an lebih murah lagi hanya Rp540,   dengan harga Rp700/kg, kami tidak bisa memupuk, bagaimana mau mupuk, anak kuliah, kosan aja sudah Rp500 ribu, belum biaya makannya,” beber Seto Rachman, warga Kelurahan Maridan, Senin (26/11).

Lanjutnya, perusahaan yang ada di Kabupaten PPU, diharapkan dapat mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sebab nilai beli saat ini, terjun bebas dari ketetapan yang telah diatur.

Nilai beli yang kini, sangat bertentangan dengan Permentan No 01/Permentan/KB.120/1/2018, di mana harga beli sawit terendah seharusnya tidak kurang dari Rp1.200/kg.

“Kami ingin perusahaan mengikuti aturan, kalau harga beli di atas Rp1.000, kami masih ada sedikit kelebihan, bisalah untuk menabung untuk anak istri, kalau kaya begini kami menjerit,” harapnya.

Seto mengakui, kondisi menurutnya harga itu telah terjadi kurang lebih tujuh bulan terakhir. Ia tak mengetahui penyebab anjloknya nilai beli oleh perusahaan. “Karena kami belum pernah menghadap dengan perusahaan, jadi kami masih gagal paham, insya Allah setelah melakukan pertemuan dengan pemerintah mendapatkan solusi,” tutupnya. (Wn)

 

Berita Terkait

Warga Teluk Bayur Ditemukan Tewas Berlumuran Darah di Kamarnya Dini Hari Tadi

Aksi Dua Pria Rampas Ponsel Bocah di Warung Sembako Samarinda Seberang Viral di Medsos, Satu Pelaku Sudah Diamankan

Proyek Pembangunan Pasar Pagi Samarinda Diklaim Mulai Dikerjakan, DPUPR Optimis Sesuai Target

PDI Perjuangan Yakin Edi Damansyah Masih Bisa Maju Pilkada Kukar

Pemkot Samarinda Kirim Bantuan ke Mahakam Ulu, Andi Harun Tegaskan Tak Biarkan Bupati dan Wakilnya Menanggung Beban Sendirian

Ledakan Smalter Sangasanga Akibat Aliran Pendingin Buangan Macet

Banjir Semakin Meluas, 42 Kampung di Mahakam Ulu Tergenang

Aksi Demonstrasi Korban Bekas Lubang Tambang di Polda Kaltim Berakhir Ricuh, Enam Mahasiswa Terluka

Besok, Ustadz Abdul Somad jadi Khatib Salat Jumat dan Isi Tablik Akbar di Masjid Al Qadar Tenggarong

Banjir di Mahulu Sudah Setinggi Empat Meter, BPBD Kaltim Kerahkan Personel untuk Evakuasi

Mahulu Diterjang Banjir, Lima Kecamatan Terendam Imbas Limpahan Air dari Ulu Mahakam dan Sungai Boh Malinau

P2LH-SDA Unmul Sudah Ambil Sampel Air SKM yang Berwarna Hijau

Pasar Baqa di Samarinda Seberang Diresmikan, Fasilitasnya Dilengkapi Masjid dan Lift Khusus Barang

Bermula dari Cekcok, Empat Pelaku Penganiayaan Anak di Samboja Ditangkap Polisi

Tiga Hari Air SKM Samarinda Berubah Warna

Bayi Perempuan Dibungkus Kain Putih Ditemukan di Semak Belukar, Polisi Selidiki Sekitar TKP Cari Pelaku

Empat Tersangka Penggerebekan saat Pesta Narkoba di Penginapan Samarinda Seberang Berpotensi Direhab

Pemkot Samarinda Luncurkan Aplikasi Perjalanan Dinas, Andi Harun: Meminimalkan Praktik Tidak Benar

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.