Selasa, 21/11/2017
Selasa, 21/11/2017
ILUSTRASI
Selasa, 21/11/2017
ILUSTRASI
BALIKPAPAN - Produksi tahu dan tempe di Industri Kecil Menengah (IKM) Somber membutuhkan 150 hingga 200 kg kedelai per hari. Jumlah itu 5 kali lebih besar dari kebutuhan kedelai di industri tahu tempe Sleman, Yogyakarta.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Balikpapan, Dortje Marpaung mengatakan, hasil dari industri tahu tempe itu dipasarkan hingga ke kabupaten Penajam Paser Utara.
“Saya tidak tahu apakah ada tempe yang dijual hingga ke luar pulau, tapi bisa jadi ada karena untuk diolah menjadi keripik tempe,” sebutnya.
Hanya saja dirinya ingin menggaungkan penggunaan kedelai lokal untuk membuat tahu tempe. “Jadi kedelai impor bisa dijadikan bahan baku tahu karena tidak perlu tampilan,” ucapnya.
Menurutnya, kedelai lokal juga cukup enak untuk dijadikan tempe. Sehingga dirinya telah meminta Kepala UPT di IKM Somber agar para perajin bersiap untuk menggunakan kedelai lokal.
“Kita bisa mendatangkan kedelai dari kabupaten Berau karena hasil panen di sana cukup banyak, petani surplus dan kualitasnya juga cukup bagus. Meski butuh waktu agar perajin dan konsumen percaya bahwa kualitas tempe dari kedelai lokal itu baik,” sebutnya. Tidak hanya persoalan bahan baku tahu tempe, Dinas Koperasi dan UMKM juga akan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di IKM Somber. Pasalnya, telah ada sosialisasi Dana Alokasi Khusus atau DAK dari Dirjen IKM.
“Ini saya ajukan ke Sekda dan alokasinya sekitar Rp4 miliar untuk IPAL, kalau 14 bangunan yang direvitalisasi diselesaikan pada 2018 dengan anggaran sekitar Rp1,8 miliar,” jelasnya.
IKM Somber memiliki sekitar 90 bangunan produksi, 20 diantaranya telah selesai direvitalisasi. “Sisanya yang 14 bangunan itu kita selesaikan di 2018 tapi kita masih kekurangan 20 unit lagi untuk menampung 100-an perajin tahu tempe,” tutupnya. (din)
ILUSTRASI
BALIKPAPAN - Produksi tahu dan tempe di Industri Kecil Menengah (IKM) Somber membutuhkan 150 hingga 200 kg kedelai per hari. Jumlah itu 5 kali lebih besar dari kebutuhan kedelai di industri tahu tempe Sleman, Yogyakarta.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Balikpapan, Dortje Marpaung mengatakan, hasil dari industri tahu tempe itu dipasarkan hingga ke kabupaten Penajam Paser Utara.
“Saya tidak tahu apakah ada tempe yang dijual hingga ke luar pulau, tapi bisa jadi ada karena untuk diolah menjadi keripik tempe,” sebutnya.
Hanya saja dirinya ingin menggaungkan penggunaan kedelai lokal untuk membuat tahu tempe. “Jadi kedelai impor bisa dijadikan bahan baku tahu karena tidak perlu tampilan,” ucapnya.
Menurutnya, kedelai lokal juga cukup enak untuk dijadikan tempe. Sehingga dirinya telah meminta Kepala UPT di IKM Somber agar para perajin bersiap untuk menggunakan kedelai lokal.
“Kita bisa mendatangkan kedelai dari kabupaten Berau karena hasil panen di sana cukup banyak, petani surplus dan kualitasnya juga cukup bagus. Meski butuh waktu agar perajin dan konsumen percaya bahwa kualitas tempe dari kedelai lokal itu baik,” sebutnya. Tidak hanya persoalan bahan baku tahu tempe, Dinas Koperasi dan UMKM juga akan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di IKM Somber. Pasalnya, telah ada sosialisasi Dana Alokasi Khusus atau DAK dari Dirjen IKM.
“Ini saya ajukan ke Sekda dan alokasinya sekitar Rp4 miliar untuk IPAL, kalau 14 bangunan yang direvitalisasi diselesaikan pada 2018 dengan anggaran sekitar Rp1,8 miliar,” jelasnya.
IKM Somber memiliki sekitar 90 bangunan produksi, 20 diantaranya telah selesai direvitalisasi. “Sisanya yang 14 bangunan itu kita selesaikan di 2018 tapi kita masih kekurangan 20 unit lagi untuk menampung 100-an perajin tahu tempe,” tutupnya. (din)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.