Rabu, 26/12/2018

Selat Sunda Masih Berpotensi Digulung Tsunami

Rabu, 26/12/2018

WASPADA: Ratusan erupsi terjadi di Gunung Anak Krakatau dalam beberapa waktu terakhir. Karena statusnya yang masih tumbuh, potensi tsunami di Selat Sunda juga masih berpotensi terjadi. ( istimewa )

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Selat Sunda Masih Berpotensi Digulung Tsunami

Rabu, 26/12/2018

logo

WASPADA: Ratusan erupsi terjadi di Gunung Anak Krakatau dalam beberapa waktu terakhir. Karena statusnya yang masih tumbuh, potensi tsunami di Selat Sunda juga masih berpotensi terjadi. ( istimewa )

JAKARTA - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan erupsi Gunung Anak Krakatau masih berlangsung sebab statusnya yang masih tumbuh. Karenanya, tsunami masih berpotensi terjadi lagi. 

“Namanya juga Gunung Anak Krakatau, itu gunungnya masih pertumbuhan. Jadi gunung itu menambah tinggi menjulang, menambah tinggi tubuhnya dengan meletus. Rata-rata terjadi pertambahan tinggi 4-6 meter per tahun,” ujar Sutopo dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (24/12) siang.

Untuk itu, Sutopo mengimbau masyarakat untuk tetap tidak beraktivitas di dekat wilayah laut Selat Sunda. “Tidak boleh lakukan aktivitas di sekitar pantai untuk sementara karena potensi tsunami susulan yang disebabkan longsoran bawah laut masih berpotensi karena aktivitas erupsi juga masih berlangsung. Sampai kapan rekomendasinya tentu nanti akan disampaikan oleh BMKG,” kata Sutopo.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau tidak akan sebesar tahun 1883. Gunung Anak Krakatau muncul pada 1927, dan letusan besar menurut para ahli masih diperkirakan terjadi sekitar 500 tahun lagi.

“Ya terjadi tsunami karena faktornya bukan erupsinya tetapi longsoran bawah laut yang dipicu oleh gerakan-gerakan letusan Gunung Anak Krakatau,” lanjutnya.

Sementara itu, hingga kini Indonesia belum memiliki alat peringatan dini tsunami yang disebabkan longsor bawah laut dan erupsi gunung. 

Ini membuat masyarakat hampir tak punya kesempatan menyelamatkan diri jika tsunami akibat longsor bawah laut kembali terjadi. 

Menurut Sutopo Indonesia baru memiliki alat peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa tektonik. BNPB akan mendapat data potensi tsunami kurang dari lima menit setelah gempa tektonik. 

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari masyarakat, tinggi tsunami yang melanda Selat Sunda beragam dari dua sampai lima meter. Tanjung Lesung adalah salah satu wilayah yang diterjang tsunami setinggi lima meter. 

Kabupaten Pandeglang menjadi daerah terparah akibat tsunami. Tercatat ada enam desa di Pandeglang yang belum tersentuh bantuan.

Hingga Selasa pukul 13.00 WIB, BNPB menyebut tsunami sudah mengakibatkan 429 orang meninggal, 1.485 luka-luka, 154 orang hilang dan 16.082 orang mengungsi. (cnn)

Selat Sunda Masih Berpotensi Digulung Tsunami

Rabu, 26/12/2018

WASPADA: Ratusan erupsi terjadi di Gunung Anak Krakatau dalam beberapa waktu terakhir. Karena statusnya yang masih tumbuh, potensi tsunami di Selat Sunda juga masih berpotensi terjadi. ( istimewa )

Berita Terkait


Selat Sunda Masih Berpotensi Digulung Tsunami

WASPADA: Ratusan erupsi terjadi di Gunung Anak Krakatau dalam beberapa waktu terakhir. Karena statusnya yang masih tumbuh, potensi tsunami di Selat Sunda juga masih berpotensi terjadi. ( istimewa )

JAKARTA - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan erupsi Gunung Anak Krakatau masih berlangsung sebab statusnya yang masih tumbuh. Karenanya, tsunami masih berpotensi terjadi lagi. 

“Namanya juga Gunung Anak Krakatau, itu gunungnya masih pertumbuhan. Jadi gunung itu menambah tinggi menjulang, menambah tinggi tubuhnya dengan meletus. Rata-rata terjadi pertambahan tinggi 4-6 meter per tahun,” ujar Sutopo dalam konferensi pers di kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (24/12) siang.

Untuk itu, Sutopo mengimbau masyarakat untuk tetap tidak beraktivitas di dekat wilayah laut Selat Sunda. “Tidak boleh lakukan aktivitas di sekitar pantai untuk sementara karena potensi tsunami susulan yang disebabkan longsoran bawah laut masih berpotensi karena aktivitas erupsi juga masih berlangsung. Sampai kapan rekomendasinya tentu nanti akan disampaikan oleh BMKG,” kata Sutopo.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau tidak akan sebesar tahun 1883. Gunung Anak Krakatau muncul pada 1927, dan letusan besar menurut para ahli masih diperkirakan terjadi sekitar 500 tahun lagi.

“Ya terjadi tsunami karena faktornya bukan erupsinya tetapi longsoran bawah laut yang dipicu oleh gerakan-gerakan letusan Gunung Anak Krakatau,” lanjutnya.

Sementara itu, hingga kini Indonesia belum memiliki alat peringatan dini tsunami yang disebabkan longsor bawah laut dan erupsi gunung. 

Ini membuat masyarakat hampir tak punya kesempatan menyelamatkan diri jika tsunami akibat longsor bawah laut kembali terjadi. 

Menurut Sutopo Indonesia baru memiliki alat peringatan dini tsunami yang disebabkan gempa tektonik. BNPB akan mendapat data potensi tsunami kurang dari lima menit setelah gempa tektonik. 

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari masyarakat, tinggi tsunami yang melanda Selat Sunda beragam dari dua sampai lima meter. Tanjung Lesung adalah salah satu wilayah yang diterjang tsunami setinggi lima meter. 

Kabupaten Pandeglang menjadi daerah terparah akibat tsunami. Tercatat ada enam desa di Pandeglang yang belum tersentuh bantuan.

Hingga Selasa pukul 13.00 WIB, BNPB menyebut tsunami sudah mengakibatkan 429 orang meninggal, 1.485 luka-luka, 154 orang hilang dan 16.082 orang mengungsi. (cnn)

 

Berita Terkait

18 Ribu Orang Masuk Daftar Tunggu Calon Jemaah Haji Asal Samarinda

Pihak RSUD AWS Diperiksa Kejaksaan, Pj Gubernur dan Kepala Dinkes Kaltim Bilang Begini

Real Madrid Gagalkan Langkah Bayern Munchen ke Final Liga Champions

Oplos Pertamax dengan Pertalite untuk Dijual, Pengetap di Kota Balikpapan Ditangkap dan Terancam 8 Tahun Penjara

RSUD AWS Digeledah, Penyidik Kejati Kaltim Temukan Dugaan Manipulasi Pembayaran TPP PNS Mulai 2018-2022

Citra Niaga Bakal Miliki Banyak Fasilitas, Disdag Samarinda Berharap Pengunjung Bisa Betah

KM Mitra Bahari Tenggelam di Perairan Tanjung Puting, 16 ABK Dievakuasi KSOP Balikpapan

Diduga Mencuri Beberapa Kali di Pasar Segiri, Seorang Pria Diamuk Massa Malam Tadi

Calhaj Kloter Pertama Asal Balikpapan Berangkat 14 Mei 2024, Kemenag Kaltim Pastikan Tak Ada Kendala

Polisi akan Panggil Pemilik IUP Terkait Kematian Kakak-Beradik di Lubang Tambang Jalan Flamboyan Loa Buah Siang Kemarin

Kurangi Jukir Liar di Samarinda, Wali Kota Dukung Diberlakukannya Kartu Parkir Berlangganan

KPU Kukar Sosialisasikan Persyaratan Dukungan Pencalonan Perseorangan

Mobil Boks Tabrak Motor di Bengalon yang Dikendarai Anak-Anak Hingga Meninggal Dunia

SK Larangan Usaha Pertamini dan BBM Eceran Keluar, Pemilik Usaha Diminta Habiskan Stok Tanpa Dijual

IRT Pengedar Narkoba di Balikpapan Diringkus Polisi, 67 Paket Sabu Disita

Monumen Taman Tuah Himba di Tenggarong Tergenang Air Cukup Tinggi, BPBD Kukar Kerahkan Anggota

Tiga Kapal Perang Angkut Kontingen Latsitarda Nusantara ke Kaltim, Ini Pesan Pj Gubernur ke Taruna dan Taruni

Sejumlah Bacalon Kepala Daerah di Kaltim Taaruf Bersama Gus Muhaimin

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.