Senin, 11/12/2017
Senin, 11/12/2017
Senin, 11/12/2017
SAMARINDA – Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak meresmikan pabrik crumb rubber (karet remah) di Kecamatan Palaran, Samarinda, Senin (11/12). Awang yakin pabrik karet pertama di Kaltim dengan kapasitas produksi 40 ribu ton tersebut akan menyerap ribuan tenaga kerja.
Pabrik karet pembuat bahan ban itu dioperaiskan PT Multi Kusuma Cemerlang, anak perusahaan dari PT Royal Lestari Utama. Adapun Royal Lestari merupakan perusahaan joint venture (JV) antara Grup Barito dengan Grup Michelin.
Awang menyatakan perusahaan telah berkomitmen untuk mengutamakan tenaga kerja lokal. “Tadi kan disampaikan, bahwa mereka membutuhkan 3.800 tenaga kerja. Tapi tenaga kerja kita juga harus siap pakai, tadi mereka sudah mempunyai komitmen dengan saya, bahwa akan melakukan pelatihan, dari pemanenan sampai ke pabrik,” ujar Awang usai peresmian.
Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Ujang Rachmad berkata pabrik ini digadang-gadang bisa memperbaiki harga karet di pasaran, yang semula Rp2 ribu per kilogram menjadi Rp 10 ribu per kilogramnya.
Sejauh ini perkebunan rakyat hanya menjual mentah karetnya. Dengan kualitas yang rendah, harga karet hanya mencapai Rp 2 ribu per kilogram. Harga tersebut bahkan tidak menutup biaya produksi petani. “Dengan ini kami memitrakan antara pabrik dengan petani,” ujar Ujang.
Kemitraan yang dimaksud yakni pabrik memberikan pembinaan dan bantuan peralatan, melalui mekanisme koperasi. Hal tersebut agar kualitas karet petani bisa memenuhi standar dan dapat diterima pabrik. Cara ini, membuat kualitas karet para petani lokal meningkat, dan membuat petani punya keuntungan lebih. “Karena pabrik karet ini memiliki kapasitas hingga 40 ribu ton pertahunnya, tentu akan banyak karet dari petani yang akan terserap juga,” papar Ujang.
Ujang mengatakan, penyuluhan langsung kepada para petani akan dilakukan untuk mengedukasi petani agar bisa memenuhi kriteria pabrik. Selanjutnya, akan ada bantuan permodalan untuk meningkatkan mutu dan kualitas para petani karet. “Ini bisa menjadi angin segar bagi para petani di tengah lesunya harga karet,” ungkap pria berkacamata itu.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendasari turunnya harga karet saat ini. Yaitu karena memang kualitas karet yang rendah. Lalu, maraknya para tengkulak yang memainkan harga di pasaran.
“Para tengkulak nakal ini yang harus diputuskan mata rantainya, sehingga petani langsung menjual produk mentah karet ke pabriknya,” jelasnya.
Areal tanaman karet saat ini tercatat seluas 103.117 hektare. Terdiri dari areal perkebunan rakyat 89.341 hektare, perkebunan besar negara sebesar 709 hektare, dan perkebunan besar swasta 13.067 hektare. Dengan produksi seluruhnya 59.963 ton karet kering. Produksi karet di Kaltim pada umumnya dipasarkan ke Banjarmasin untuk kebutuhan pabrik crumb rubber.
“Pusat tanaman karet terbesar berada di Kabupaten Kutai Barat. Namun, areal penanaman karet lainnya yang cukup luas juga berada, Samarinda, Balikpapan, Bulungan, Samboja, dan Kutai Kartanegara,” terang Ujang.
Komisaris Utama PT MKC. Yazirwan Uyun mengatakan pabrik ini dibangun sejak 2016. Tentunya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. PT MKC siap berkontribusi dalam perkembangan ekonomi.
“Pabrik ini dioperasikan dengan dukungan produksi teknologi terkini, serta dilengkapi laboratorium quality control untuk memastikan standar kualitas produksi yang konsisten,” ujarnya.
Ke depan, kata dia, mengenai potensi pasar, pihaknya tak khawatir. “Nantinya sebagian besar produksi dijual ke Michelin, sebab mereka itu termasuk pembeli karet alam terbesar di dunia,” katanya.
Namun selain Michelin, tak tertutup kemungkinan menyasar pembeli lain di dalam negeri maupun luar negeri.
Potensi pasar tersebut juga mendapatkan dukungan dari fasilitas di sekitar pabrik. Lokasi pabrik karet tidak jauh dari pelabuhan. Dengan begitu, mereka bakal lebih mudah mendistribusikan produk. (rs)
SAMARINDA – Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak meresmikan pabrik crumb rubber (karet remah) di Kecamatan Palaran, Samarinda, Senin (11/12). Awang yakin pabrik karet pertama di Kaltim dengan kapasitas produksi 40 ribu ton tersebut akan menyerap ribuan tenaga kerja.
Pabrik karet pembuat bahan ban itu dioperaiskan PT Multi Kusuma Cemerlang, anak perusahaan dari PT Royal Lestari Utama. Adapun Royal Lestari merupakan perusahaan joint venture (JV) antara Grup Barito dengan Grup Michelin.
Awang menyatakan perusahaan telah berkomitmen untuk mengutamakan tenaga kerja lokal. “Tadi kan disampaikan, bahwa mereka membutuhkan 3.800 tenaga kerja. Tapi tenaga kerja kita juga harus siap pakai, tadi mereka sudah mempunyai komitmen dengan saya, bahwa akan melakukan pelatihan, dari pemanenan sampai ke pabrik,” ujar Awang usai peresmian.
Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Ujang Rachmad berkata pabrik ini digadang-gadang bisa memperbaiki harga karet di pasaran, yang semula Rp2 ribu per kilogram menjadi Rp 10 ribu per kilogramnya.
Sejauh ini perkebunan rakyat hanya menjual mentah karetnya. Dengan kualitas yang rendah, harga karet hanya mencapai Rp 2 ribu per kilogram. Harga tersebut bahkan tidak menutup biaya produksi petani. “Dengan ini kami memitrakan antara pabrik dengan petani,” ujar Ujang.
Kemitraan yang dimaksud yakni pabrik memberikan pembinaan dan bantuan peralatan, melalui mekanisme koperasi. Hal tersebut agar kualitas karet petani bisa memenuhi standar dan dapat diterima pabrik. Cara ini, membuat kualitas karet para petani lokal meningkat, dan membuat petani punya keuntungan lebih. “Karena pabrik karet ini memiliki kapasitas hingga 40 ribu ton pertahunnya, tentu akan banyak karet dari petani yang akan terserap juga,” papar Ujang.
Ujang mengatakan, penyuluhan langsung kepada para petani akan dilakukan untuk mengedukasi petani agar bisa memenuhi kriteria pabrik. Selanjutnya, akan ada bantuan permodalan untuk meningkatkan mutu dan kualitas para petani karet. “Ini bisa menjadi angin segar bagi para petani di tengah lesunya harga karet,” ungkap pria berkacamata itu.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mendasari turunnya harga karet saat ini. Yaitu karena memang kualitas karet yang rendah. Lalu, maraknya para tengkulak yang memainkan harga di pasaran.
“Para tengkulak nakal ini yang harus diputuskan mata rantainya, sehingga petani langsung menjual produk mentah karet ke pabriknya,” jelasnya.
Areal tanaman karet saat ini tercatat seluas 103.117 hektare. Terdiri dari areal perkebunan rakyat 89.341 hektare, perkebunan besar negara sebesar 709 hektare, dan perkebunan besar swasta 13.067 hektare. Dengan produksi seluruhnya 59.963 ton karet kering. Produksi karet di Kaltim pada umumnya dipasarkan ke Banjarmasin untuk kebutuhan pabrik crumb rubber.
“Pusat tanaman karet terbesar berada di Kabupaten Kutai Barat. Namun, areal penanaman karet lainnya yang cukup luas juga berada, Samarinda, Balikpapan, Bulungan, Samboja, dan Kutai Kartanegara,” terang Ujang.
Komisaris Utama PT MKC. Yazirwan Uyun mengatakan pabrik ini dibangun sejak 2016. Tentunya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. PT MKC siap berkontribusi dalam perkembangan ekonomi.
“Pabrik ini dioperasikan dengan dukungan produksi teknologi terkini, serta dilengkapi laboratorium quality control untuk memastikan standar kualitas produksi yang konsisten,” ujarnya.
Ke depan, kata dia, mengenai potensi pasar, pihaknya tak khawatir. “Nantinya sebagian besar produksi dijual ke Michelin, sebab mereka itu termasuk pembeli karet alam terbesar di dunia,” katanya.
Namun selain Michelin, tak tertutup kemungkinan menyasar pembeli lain di dalam negeri maupun luar negeri.
Potensi pasar tersebut juga mendapatkan dukungan dari fasilitas di sekitar pabrik. Lokasi pabrik karet tidak jauh dari pelabuhan. Dengan begitu, mereka bakal lebih mudah mendistribusikan produk. (rs)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.