Kamis, 06/07/2017
Kamis, 06/07/2017
Kamis, 06/07/2017
SANGATTA - Salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang patut dijaga kelestariannya adalah pakaian adat. Di Kutim sendiri program pelestarian pakaian adat mulai digaungkan Bupati Ismunandar.
Orang nomor satu di Kutim itu mengimbau kepada seluruh pejabat, setelah lebaran ini mulai menggunakan baju Miskat (pakaian tradisional suku Kutai). Kutai merupakan suku asli Kalimantan Timur (Kaltim) selain Dayak.
“Kampanye pelestarian budaya dan adat istiadat terus kita lakukan demi mempertahankan warisan nenek moyang. Saat ini kita mulai dari penggunaan pakaian Miskat. Sebagai awal di imbau kepada pejabat strukturalnya dulu,” kata Ismu di Masjid Agung.
Ismu mengatakan, kampanye pelestarian nilai warisan budaya ini sifatnya ajakan dan imbauan, bukan instruksi. Maka dari itu dibutuhkan kesadaran yang tinggi untuk melakukannya tanpa paksaan. Sebab, lanjut Ismu, kalau sifatnya instruksi maka wajib dilaksanakan. Tentunya akan berdampak pada anggaran untuk pengadaan baju dimaksud. Suami dari Ny Ence UR Firgasih ini menjelaskan sebagai bagian dari Kesultanan Kutai, Kutim tentu tidak lepas dari budaya Kutai. Nah dengan alasan tersebut, tentunya tak salah apabila warganya melestarikan budaya Kutai.
“Kita mulai dari pejabat eselon terlebih dulu, kemudian coba ke sekolah-sekolah atau guru-guru. Nanti juga bagi staf perusahaan dan perbankan yang ada di Kutai Timur,” jelas Ismu.
Ia menyebut ke depan tidak hanya pakaian adat Kutai yang di adopsi sebagai bentuk pelestarian budaya. Tetapi juga mengikutsertakan budaya dari suku asli Kaltim dan Kutim yakni Dayak. Kampanye penggunaan Miskat sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu oleh Bupati, Wabup, Sekkab, staf Subbag Protokol serta beberapa pejabat lainnya setiap hari Kamis.
Kepala Dinas Kebudayaan Iman Hidayat menegaskan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi kebijakan Bupati Kutim yang mengimbau jajarannya untuk mengenakan pakaian dengan unsur adat atau budaya lokal di hari kerja tertentu. ”Dinas Kebudayaan sangat mengapresiasi kebijakan yang diambil oleh Bupati, namun (rencana penggunaan pakaian adat Kutai/Miskat) ini masih perlu dirapatkan se-detail mungkin. (Pemakaiannya) Oleh siapa saja, apakah pejabat struktural saja atau ke seluruh staf nantinya serta kapan penggunaannya?,” sebut Iman
Selain itu dia juga menyampaikan saran sebagai bentuk lengkap pelestarian budaya nusantara. Yakni pejabat atau pegawai lingkup Pemkab Kutim tidak hanya mengenakan Miskat saja, melainkan juga membuyakan penggunaan pakaian kerja dengan motif suku Dayak sebagai pribumi di Kutim. (hms4)
SANGATTA - Salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang patut dijaga kelestariannya adalah pakaian adat. Di Kutim sendiri program pelestarian pakaian adat mulai digaungkan Bupati Ismunandar.
Orang nomor satu di Kutim itu mengimbau kepada seluruh pejabat, setelah lebaran ini mulai menggunakan baju Miskat (pakaian tradisional suku Kutai). Kutai merupakan suku asli Kalimantan Timur (Kaltim) selain Dayak.
“Kampanye pelestarian budaya dan adat istiadat terus kita lakukan demi mempertahankan warisan nenek moyang. Saat ini kita mulai dari penggunaan pakaian Miskat. Sebagai awal di imbau kepada pejabat strukturalnya dulu,” kata Ismu di Masjid Agung.
Ismu mengatakan, kampanye pelestarian nilai warisan budaya ini sifatnya ajakan dan imbauan, bukan instruksi. Maka dari itu dibutuhkan kesadaran yang tinggi untuk melakukannya tanpa paksaan. Sebab, lanjut Ismu, kalau sifatnya instruksi maka wajib dilaksanakan. Tentunya akan berdampak pada anggaran untuk pengadaan baju dimaksud. Suami dari Ny Ence UR Firgasih ini menjelaskan sebagai bagian dari Kesultanan Kutai, Kutim tentu tidak lepas dari budaya Kutai. Nah dengan alasan tersebut, tentunya tak salah apabila warganya melestarikan budaya Kutai.
“Kita mulai dari pejabat eselon terlebih dulu, kemudian coba ke sekolah-sekolah atau guru-guru. Nanti juga bagi staf perusahaan dan perbankan yang ada di Kutai Timur,” jelas Ismu.
Ia menyebut ke depan tidak hanya pakaian adat Kutai yang di adopsi sebagai bentuk pelestarian budaya. Tetapi juga mengikutsertakan budaya dari suku asli Kaltim dan Kutim yakni Dayak. Kampanye penggunaan Miskat sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu oleh Bupati, Wabup, Sekkab, staf Subbag Protokol serta beberapa pejabat lainnya setiap hari Kamis.
Kepala Dinas Kebudayaan Iman Hidayat menegaskan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi kebijakan Bupati Kutim yang mengimbau jajarannya untuk mengenakan pakaian dengan unsur adat atau budaya lokal di hari kerja tertentu. ”Dinas Kebudayaan sangat mengapresiasi kebijakan yang diambil oleh Bupati, namun (rencana penggunaan pakaian adat Kutai/Miskat) ini masih perlu dirapatkan se-detail mungkin. (Pemakaiannya) Oleh siapa saja, apakah pejabat struktural saja atau ke seluruh staf nantinya serta kapan penggunaannya?,” sebut Iman
Selain itu dia juga menyampaikan saran sebagai bentuk lengkap pelestarian budaya nusantara. Yakni pejabat atau pegawai lingkup Pemkab Kutim tidak hanya mengenakan Miskat saja, melainkan juga membuyakan penggunaan pakaian kerja dengan motif suku Dayak sebagai pribumi di Kutim. (hms4)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.