Minggu, 13/10/2024

REMspace Ciptakan Teknologi Berkomunikasi Dalam Mimpi

Minggu, 13/10/2024

Uji coba yang dilakukan REMspace kepada dua orang yang tidur di lokasi terpisah dan menyatukan mereka dalam sebuah mimpi. (Foto: Dokremspace)

Share
Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

REMspace Ciptakan Teknologi Berkomunikasi Dalam Mimpi

Minggu, 13/10/2024

logo

Uji coba yang dilakukan REMspace kepada dua orang yang tidur di lokasi terpisah dan menyatukan mereka dalam sebuah mimpi. (Foto: Dokremspace)

KORANKALTIM.COM - Berkomunikasi dalam mimpi alias saat tidur, bisakah? Kalau pertanyaan ini mencuat puluhan tahun lalu, pasti jawabannya tidak. Namun seiring dengan kemajuan teknologi, ngobrol di alam mimpi ternyata bisa terwujud.

Hal itulah yang saat ini dilakukan  para ilmuwan di Eropa yan sudah membawa fiksi ilmiah selangkah lebih dekat dengan kenyataan dengan mencapai komunikasi dua arah pertama antara individu selama lucid dream atau kondisi Dimana seseorang menyadari dirinya sedang bermimpi dan dapat mengendalikan mimpi tersebut.

Dalam sebuah eksperimen yang terdengar seperti adegan dalam film 'Inception', REMspace, sebuah perusahaan rintisan berbasis di Redwood City, California, Amerika Serikat yang mendesain teknologi untuk meningkatkan kualitas tidur dilaporkan sudah berhasil bertukar pesan antara dua orang yang sedang tertidur.

Melansir dari dailymail.co.uk Minggu (13/10/2024) hari ini, perusahaan itu menggunakan peralatan yang dirancang khusus mencakup server, alat, Wifi dan sensor namun tidak menyebutkan teknologi yang mereka gunakan untuk dua orang yang dijadikan bahan penelitian. 

Para peserta penelitian sedang tertidur di rumah yang terpisah ketika para peneliti REMspace memancarkan sebuah kata yang dibuat melalui bahasa unik di antara mereka.

“Dulu, berkomunikasi dalam mimpi tampak seperti fiksi ilmiah tapi sekarang hal ini akan menjadi hal yang sangat umum sehingga manusia tidak akan bisa membayangkan hidup tanpa teknologi ini,” ujar CEO dan pendiri REMspace, Michael Raduga. 

“Ini membuka pintu bagi aplikasi komersial yang tak terhitung jumlahnya, membentuk kembali cara kita berpikir tentang komunikasi dan interaksi di dunia mimpi,” imbuhnya.

Teknologi ini menurut REMspace belum ditinjau atau direplikasi oleh para ilmuwan, namun jika divalidasi akan menjadi tonggak penting untuk penelitian tidur dan dapat memberikan aplikasi untuk perawatan kesehatan mental, pelatihan keterampilan dan banyak lagi.

REMspace menggunakan 'peralatan yang dirancang khusus' untuk memungkinkan dua orang berhasil bertukar pesan sederhana saat bermimpi jernih, kata perusahaan tersebut.

Lucid dream  memungkinkan seseorang untuk melakukan tindakan yang diarahkan sendiri dalam mimpi mereka. Fenomena ini terjadi selama tidur Rapid Eye Movement  (REM) ketika mimpi biasanya terjadi. 

Saat dua peserta penelitian tidur di rumah yang terpisah gelombang otak mereka dilacak dari jarak jauh oleh alat yang dipasang REMspace yang kemudian memasukkan data ke dalam server.

Setelah server mendeteksi satu diantara peserta telah memasuki lucid dream, server akan menghasilkan kata acak dari bahasa khusus dan mengirimkannya melalui earbud yang dipasang dibagian telinga.

Partisipan kemudian mengulangi kata ini dalam mimpinya dan respons tersebut ditangkap dan disimpan di server. Delapan menit kemudian, partisipan kedua memasuki lucid dream. Server mengirimkan pesan yang tersimpan dari partisipan pertama kepadanya, yang diulanginya saat terbangun.

REMspace dapat mengulangi eksperimen ini dengan sepasang peserta lainnya. Namun penelitian ini masih harus melalui peninjauan yang ketat sebelum perusahaan dapat secara definitif mengatakan bahwa mereka telah mencapai komunikasi mimpi.

Raduga yakin hasil penelitiannya dikenal luas dengan eksperimen-eksperimennya yang ambisius dan terkadang aneh.

Pada tahun 2023, dia mempertaruhkan nyawanya ketika mencoba menanamkan microchip di otaknya sendiri untuk mengendalikan mimpinya.

Pria berusia 40 tahun yang tidak memiliki kualifikasi bedah saraf membandingkan eksperimennya yang sangat berbahaya dengan film Inception, mengklaim 'elektroda'-nya suatu hari nanti memiliki potensi untuk mengubah arah mimpi jernih. 

Rekaman mengerikan dari prosedur tersebut menunjukkan dia menahan kulitnya dengan penjepit kertas sambil meratakan bagian belakang tengkoraknya menggunakan bor yang dia temukan di toko perangkat keras.

Raduga memasukkan chip ke dalam otaknya setelah menonton berjam-jam video bedah saraf di YouTube dan mempraktikkannya pada lima ekor domba tanpa memberi tahu siapa pun tentang rencananya.  Chip tersebut akhirnya diangkat di rumah sakit setelah lima minggu. 

Penelitian yang sangat berbahaya ini belum muncul di jurnal peer-review dan tidak didukung oleh universitas mana pun, namun Raduga mengaku bahwa ia harus melakukannya untuk dirinya sendiri.

“Saya senang bisa selamat, tapi saya sudah siap untuk mati,” katanya kepada DailyMail.com dalam sebuah wawancara eksklusif tahun lalu.

Sekarang Raduga sudah menetapkan tujuan ambisius lainnya memungkinkan komunikasi waktu nyata dalam mimpi jernih.

“Kami percaya tidur REM dan fenomena terkait, seperti mimpi jernih akan menjadi industri besar berikutnya setelah AI,” ucap Raduga.


Editor: Aspian Nur

REMspace Ciptakan Teknologi Berkomunikasi Dalam Mimpi

Minggu, 13/10/2024

Uji coba yang dilakukan REMspace kepada dua orang yang tidur di lokasi terpisah dan menyatukan mereka dalam sebuah mimpi. (Foto: Dokremspace)

Share

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.