Jumat, 10/01/2025
Jumat, 10/01/2025
Tangkapan layar filosofi tugu pesut Mahakam yang ditampilkan di Instagram Pemkot Samarinda. (Foto: Pemkot Samarinda)
Jumat, 10/01/2025
Tangkapan layar filosofi tugu pesut Mahakam yang ditampilkan di Instagram Pemkot Samarinda. (Foto: Pemkot Samarinda)
Penulis: Ainur Rofiah
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA – Merasa gerah dengan banyaknya pertanyaan bernada kritik terhadap pembangunan Tugu Pesut Mahakam yang berada di simpat empat Mal Lembuswana, tepatnya di dekat simpang Jalan Dr Soetomo, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) akhirnya mengeluarkan rilis mendalam terkait desain tugu abstrak tersebut.
Melalui akun resmi media sosial mereka, filosofi Tugu Pesut Mahakam dijelaskan secara mendalam. Dijelaskan lewat gambar berjudul Metamorphosis Approach atau pendekatan secara metamorfosa, dijelaskan ihwal Tugu Pesut Mahakam yang bagian depannya adalah bagian kepala yaitu dahi yang rata pada hewan tersebut yang jadi pembeda dengan hewan air sejenis di Sungai Mahakam yaitu lumba-lumba.
Sementara bagian yang lebih tinggi dibelakangnya adalah berfilosofi aliran atau gelombang Sungai Mahakam, sehingga secara harfiah tugu yang terlihat sekarang bagian depan adalah seekor pesut dengan bagian kepala muncul dipermukaan sungai sementara bagian belakang gelombang air sungai.
Wali Kota Samarinda Andi Harun menjelaskan karya seni tersebut adalah interpretasi artistik yang bergantung pada sudut pandang masing-masing individu.
“Ini adalah ilustrasi pesut. Karya seni itu unik, maknanya tergantung dari cara orang memandangnya,” kata pria yang akrab disapa AH itu kepada Korankaltim.com Jumat (10/1/2025).
Pro dan kontra dalam masyarakat adalah hal wajar dalam setiap kebijakan publik. “Kami bisa memahami jika ini jadi diskusi dipublik. Tidak masalah, sambil berjalan kami evaluasi,” tegasnya.
Dalam rilis resminya, Pemkot Samarinda menjelaskan Tugu Pesut Mahakam tidak hanya sekadar ornamen kota tetapi juga memiliki filosofi mendalam terkait budaya, lingkungan dan edukasi.
Tugu ini terinspirasi dari Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), mamalia air tawar yang kini terancam punah dengan populasi hanya sekitar 80 ekor menurut data International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Pesut Mahakam yang menjadi simbol Kota Tepian itu juga diabadikan dalam logo resmi pemkot. Kehadiran tugu ini diharapkan mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan satwa khas Mahakam tersebut.
Berdiri di lokasi strategis di antara Jalan Dr Soetomo dan S Parman, tugu ini menjadi pusat perhatian di simpang jalan yang sibuk. Dengan desain modern setinggi 8 meter, tugu ini menggunakan 330 kilogram plastik daur ulang sebagai material utama, menunjukkan komitmen Samarinda terhadap isu keberlanjutan.
Meski memiliki misi mulia, desain abstraknya memicu berbagai opini. Beberapa masyarakat mengapresiasi upaya pemkot dalam menghadirkan ikon baru yang memadukan seni dan edukasi, sementara lainnya mengkritik desainnya yang dianggap sulit dimengerti.
AH berharap tugu ini mampu meningkatkan kesadaran lingkungan sekaligus memperkuat identitas Samarinda sebagai bagian tak terpisahkan dari Sungai Mahakam. “Ke depan, semua aspek kota akan terus kita tata dan evaluasi,” tutup AH.
Editor: Aspian Nur
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.