Jumat, 23/02/2024
Jumat, 23/02/2024
Potret anak-anak yang berjualan di Simpang Jalan Agus Salim buktikan kemiskinan ekstrem masih ada.(Ainur/korankaltim.com)
Jumat, 23/02/2024
Potret anak-anak yang berjualan di Simpang Jalan Agus Salim buktikan kemiskinan ekstrem masih ada.(Ainur/korankaltim.com)
Penulis: Ainur Rofiah
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA – Kemiskinan ekstrem dan stunting masih jadi pekerjaan rumah utama bagi Pemerintah Kota Samarinda untuk diselesaikan.
Terkait hal itu, Sekretaris Komisi IV DPRD Samarinda Deni Hakim Anwar minta pemkot mengejar waktu menyelesaikan masalah tersebut. Seperti yang diketahui, Presiden RI Joko Widodo menargetkan penuntasan keduanya pada akhir tahun 2024 ini. Artia kurang dari setahun, pemerintan daerah sudah harus menyelesaikan permasalahan ini.
Deni menyebutkan sejumlah program bisa lakukan, terutama dari segi data yang harus dibenahi diimana, pada awal data kemiskinan ekstrem dikeluarkan ada di 9.039 jiwa.
“Setelah angka ini keluar, Dinsos PM (Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat) membentuk tim verifikasi dan validasi (verfal) untuk melihat apakah data ini betul,” ujar Deni kepada Korankaltim.com Jumat (23/2/2024).
Dari data ini kemudian berhasil dipastikan yang betul-betul masuk dalam kriteria masyarakat miskin ekstrem hanya tersisa 6.973 jiwa yang berhak mendapatkan bantuan sosial (bansos).
Politisi Fraksi Gerindra ini juga memberikan catatan pada pemkot yang mana di tahun 2023 lalu, Samarinda mendapatkan predikat Kota Layak Anak (KLA) tingkat Nindya.
“Kami mengapresiasi pemerintah dalam peraihan KLA ini tapi tetap saja ada kelebihan dan kekurangan, setelah ini pemerintah harus gerak cepat untuk mengejar waktu yang tersisa,” papar Deni.
Dua tahun berusaha, Deni menilai pemkot memang sudah melakukan langkah-langkan yang terukur, sistematis dan komprehensif, meskipun belum maksimal hingga kini. Banyaknya perusahaan di Kota Tepian juga bisa dilibatkan apalagi jumlahnya yang banyak, maka bukan tidak mungkin target bisa terkejar lebih cepat.
“Mereka bisa dilibatkan, misal manfaatkan CSR (corporate social responsibility). Kalau hanya Rp100 Ribu per bulan, lalu dikali dengan banyaknya jumlah perusahaan, akan bisa membantu dengan sangat banyak,” ucapnya.
Editor: Aspian Nur
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.