Rabu, 23/10/2024

Kasus Kematian Ibu Hamil di Berau Meningkat

Rabu, 23/10/2024

Ilutrasi Data Dinkes Berau Angka Kematian Ibu Hamil dan Bayi Meningkat Tahun 2024. (Foto: Istimewa)

Share
Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Kasus Kematian Ibu Hamil di Berau Meningkat

Rabu, 23/10/2024

logo

Ilutrasi Data Dinkes Berau Angka Kematian Ibu Hamil dan Bayi Meningkat Tahun 2024. (Foto: Istimewa)

Penulis: */Indri

KORANKALTIM.COM, TANJUNG REDEB – Kasus kematian ibu hamil di Kabupaten Berau mulai meningkat. Hingga Oktober 2024 ini, Angka Kematian Ibu (AKI) hamil sebanyak enam kasus, meningkat satu kasus dari tahun sebelumnya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Lamlay Sarie menyebutkan penyebab utama kasus kematian ibu hamil meningkat ialah Preeklamsia atau dikenal tekanan darah tinggi.

Gejala preeklamsia dapat dideteksi ketika usia kehamilan mencapai 20 minggu atau empat bulan dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Salah satu risiko utama ibu hamil terkena preeklamsia  di usia ibu hamil lebih dari 40 tahun atau di bawah 20 tahun.

“Preeklamsia biasa kita didapati pada kasus ibu hamil yang berusia 20 tahun lebih,” ujarnya, Rabu (23/10/2024).

Penyebab lain preeklamsia bagi ibu hamil, kurangnya asupan nutrisi saat hamil. Seperti terlalu banyak mengkonsumsi garam yang bisa meningkatkan tekanan darah tinggi. Sebab, obesistes pada ibu hamil menjadi pemicu utama ibu hamil terkena preeklampsia.

Pentingnya menjaga berat badan di usia kehamilan rentan, menjadi langkah awal untuk mencegah penyakit preeklamsia menyerang ibu hamil. “Apalagi, makanan cepat saji lebih banyak diminati dari pada olahan rumahan,” tuturnya.

Ibu hamil yang terkena preeklamsia, kondisi plasentanya tidak berkembang dengan baik akibat suplai darah yang terbatas akibat tekanan darah tinggi. Kondisi tersebut mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, di mana bayi yang dilahirkan dari ibu dengan preeklamsia cenderung memiliki berat lahir lebih rendah.

“Ibu hamil yang terdeteksi preeklamsia, tidak disarankan melahirkan normal. Harus operasi atau caesar,” ucapnya.

Pada kasus preeklamsia berat akan memberikan risiko berbeda pada setiap janin atau calon bayi. Tak banyak, kasus tersebut menyebabkan calon bayi lahir prematur, oliguria hingga kematian.

Diketahui, Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Berau pada tahun 2023 sebanyak 53 kasus atau 15,61/1.000 Kelahiran Hidup (KLH) dan pada 2024 sebanyak 53 kasus atau 17,21/1.000 KLH.

“Tidak semua kematian bayi disebabkan oleh ibunya yang mengindap preklamsia. Tapi dampak yang diberikan bisa menjadi penyebab kematian calon bayi,” jelasnya.

Salah satu solusi efektif dalam menurunkan AKI dan AKB, dengan cara meningkatkan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih. Serta menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang dilengkapi dengan alat yang memadai, seperti alat  ultrasonografi (USG).

Selain itu, Dinkes Berau mendorong agar setiap Kader Posyandu aktif dalam melayani ibu hamil dan bayi di wilayah pelayanannya.

“Tetap dibutuhkan partisipasi sert kesadaran ibu, pentingnya pemeriksaan kehamilan secara rutin baik di Posyandu atau Puskesmas terdekat. Termasuk mengkonsumsi makanan bergizi berbahan pangan lokal,” tutupnya.

Editor: Supiansyah

Kasus Kematian Ibu Hamil di Berau Meningkat

Rabu, 23/10/2024

Ilutrasi Data Dinkes Berau Angka Kematian Ibu Hamil dan Bayi Meningkat Tahun 2024. (Foto: Istimewa)

Share

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.