Kamis, 21/03/2019
Kamis, 21/03/2019
KH Ahmad Muwafiq saat Tablig akbar di tenggarong
Kamis, 21/03/2019
KH Ahmad Muwafiq saat Tablig akbar di tenggarong
KORANKALTIM.COM, TENGGARONG--Kyai muda Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahmad Muwafiq yang akrab disapa Gus Muwafiq membeberkan kisah tentang akar nusantara. Dia menuturkan, Indonesia sebagai bangsa berhutang besar pada Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. “Itu sebabnya, begitu diundang ke sini, meskipun ada pengajian di Jombang, saya tetap berupaya hadir di sini karena ini Kutai Kartanegara, akar dari bangsa kita,” tukasnya.
Gus Muwafiq hadir di Tenggarong dan menjadi penceramah dalam tabligh akbar garapan Polres Kutai Kartanegara guna mengampanyekan Pemilu damai. Acara berlangsung di parkiran Stadion Rondong Demang, Rabu (20/3/2019), malam.
Kyai berambut gondrong ini memaparkan tentang sejarah nusantara yang berawal dari pencarian daratan atlantis yang melegenda. Atlantis yang hilang adalah kisah yang menyimpan jejak bangsa besar. Negeri yang dikenal indah laksana surga. “Orang Yunani terkenal sebagai bangsa paling beradab dan cerdas. Kerajaan besar seperti Kreta dan Sparta, ada filosofnya terkenal dari Socrates sampai Aristoteles. Pahlawannya hebat bernama Achilles,” ujarnya.
Bangsa Yunani berusaha menemukan Atlantis yang hilang karena pesona keindahannya melegenda. Mataharinya tak pernah hilang. Terbit pagi, sore terbenam. Daun pohon-pohonnya tak pernah rontok. “Airnya tak pernah kering. Kalau panas tak terlalu panas, tak ada musim dingin yang membekukan tulang. Mereka ingin pindah ke sini,” ujarnya.
Tokoh bernama Ptolomeus mengembara. Kemudian ditemukanlah catatan-catatan yang menunjukkan lokasi dengan ciri-ciri yang mirip Atlantis yakni Nusantara. Sayang, karena konflik internal berkepanjangan di Yunani, pencarian tak diteruskan. Kelanjutan pencarian ini akhirnya dilakukan Bangsa India dipimpin seorang bernama Kudungga.
Sempat singgah Maladewa, anak Kudungga bernama Mulawarman kemudian melanjutkan pencarian surga yang melegenda itu. “Mereka tiba di pulau Borneo dan terdampar di sebuah sudut muara Sungai Mahakam, yang kita kenal sekarang dengan nama Muara Kaman,”tukasnya.
Dari sinilah kehebatan Nusantara bermula yang melahirkan keturunan raja-raja yang pernah menguasai 2/3 wilayah dunia. Kerajaan-kerajaan besar itu pernah tercatat dalam sejarah seperti Sriwijaya, Singosari, hingga Majapahit. Prasasti yang menceritakan itu tak ternilai harganya. Warisannya bisa dilihat dari kemegahan Candi Borobudur, Prambanan, dan lainnya.
Gus Muwafiq sendiri mengaku pernah berkunjung dan melakukan petilasan ke situs-situs kuno di Muara Kaman. “Anak saya yang usia 10 tahun sempat lari ketakutan. Saya tanya kenapa, Nak? Rupanya dia lihat ada sapi besar sekali. Katanya, satu matanya saja segede ember!” ucapnya yang disambut tawa peserta tablig.
Dia menegaskan pentingnya kita tahu tentang asal-usul dan tak mudah lupa dengan akar sejarah kita sebagai bangsa. “Makanya, sejak itu saya membayangkan, apa tidak ada anggaran pemerintah?” ujarnya seraya menoleh kepada pejabat yang mewakili Bupati Kukar. Jamaah pun riuh bersiul dan bertepuk tangan.
Islam, tegas dia, sangat mementingkan dan mengajarkan kita untuk merawat sejarah dan tidak kehilangan jejak pendahulu. Cerita dan situs selalu menjadi bagian dari Islam. Ketika Nabi Adam turun diberi tanda tugu. “Nabi Adam dan Bunda Hawa saja terpisah ratusan tahun. Disiksa oleh kerinduan. Titik pertemuan mereka juga diabadikan Allah, kini menjadi situs, tugu cinta, agar bisa dikenang oleh anak cucunya, namanya Jabal Rahmah,” ujarnya.
Begitu juga dengan Nabi Ibrahim dan keturunannya yang juga mencari dan merawat situs-situs pendahulu. Rasulullah SAW, lanjutnya, juga diperintahkan untuk tidak boleh melupakan jasa pendahulunya, Nabi Ibrahim. Peletakan batu pertama renovasi Kabah ditandai dengan menyebutnya makam Ibrahim.
Muwafiq mengatakan, seandainya dia seorang konglomerat, dia siap memperbaiki dan merawat situs Muara Kaman. “Sejarah bangsa hebat ini mulai dari Muara Kaman. Mbok, mulai lah dari sini. Tolong sampaikan ke bupati, gubernur, kalau dananya tidak cukup minta bantuan pusat,” tukasnya.
Pentingnya hal ini, kata Muwafiq, bertujuan agar generasi selanjutnya tahu bahwa Indonesia tak lahir dari hasil duplikasi bangsa lain. Tidak perlu minder dengan sejarah bangsa lain. “Kita ini bangsa hebat. Eropa dan Arab sana ciptakan alat musik saja dari kayu dan tali. Jadi gitar. Kita bisa bentuk logam jadi gamelan. Hanya bangsa yang hebat dan menguasai teknik metalurgi canggih saja yang bisa,” tegasnya.(*)
Penulis / Editor: Muh.Huldi
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.