Jumat, 25/10/2024
Jumat, 25/10/2024
Ilustrasi ekspor komoditas kelapa. (Foto: Istimewa)
Jumat, 25/10/2024
Ilustrasi ekspor komoditas kelapa. (Foto: Istimewa)
Penulis: M Rafik
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA - Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan pada tahun 2023 lalu untuk tidak mengekspor komoditas kelapa dalam bentuk mentah.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim, Ence Achmad Rafiddin Rizal mengatakan pihaknya ke depan akan mengekspor kelapa butir sebagai bahan yang setengah jadi guna memberikan keuntungan lebih kepada petani.
Terlebih, pihaknya akan mendorong setiap petani untuk melakukan penganekaragaman atau diversifikasi produk kelapa. Sebab, selama ini produk yang diekspor masih dengan cara konvensional atau dalam bentuk mentah.
“Ini juga salah satu penyebab mengapa pendapatan para petani masih belum optimal, dengan upaya ini kami menilai akan membantu memberikan kontribusi terhadap pendapatan,” jelasnya.
Meskipun, dalam data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim bahwa terdapat penurunan produksi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Bahkan sejak tahun 2008 yang produksinya mencapai 20.382 ton pertahun kini turun menjadi 7.843 ton pada tahun 2023.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan produksi kelapa di Kaltim, diantaranya yaitu alih fungsi lahan ke komoditas lain, produksi hasil kelapa yang rusak, dan program pengembangan dan peremajaan yang belum optimal.
“Meskipun masuk dalam kategori unggulan tapi saat ini produksinya menurun,” bebernya.
Kendati demikian, upaya diversifikasi ini diharapkan mampu memberikan peningkatan mutu yang membuat produk lebih kompetitif sehingga membuat produk memiliki nilai tambah. Salah satu contohnya dari produk kelapa mentah menjadi coco peat dan coco fiber.
Begitu juga dengan daging kelapa yang dapat dijadikan kopra, kelapa parut kering, minyak kelapa, VCO, bio avtur, dan beberapa minuman segar yang dibuat dari bahan kelapa.
“Ini tentu akan memberikan peningkatan ekonomi, karena akan ada penambahan bagi lapangan pekerjaan, pendapatan petani dan devisa untuk negara,” ucap dia.
Namun, ia juga menilai pentingnya penetapan produk sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini dilakukan agar komoditas yang diekspor dapat berjalan dengan lancar.
“Kelapa punya potensi untuk berperan besar dalam peningkatan perekonomian di Kaltim,” pungkasnya.
Editor: Supiansyah
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.