Senin, 15/01/2018
Senin, 15/01/2018
Bekas bungkus obat batuk cair banyak ditemukan berserakan di sepanjangan Polder Sangatta Utara. (Foto: Yuli/kk)
Senin, 15/01/2018
Bekas bungkus obat batuk cair banyak ditemukan berserakan di sepanjangan Polder Sangatta Utara. (Foto: Yuli/kk)
SANGATTA – Maraknya penggunaan obat batuk cair oleh anak muda atau remaja di wilayah Polder Sangatta Utara, kini semakin memprihatinkan. Sebab obat batuk cair ini terbilang murah dan mudah didapat, terlebih lagi pembeliannya tidak harus melalui resep dokter.
Maraknya penyalahgunaan tersebut dapat dilihat dari banyak ditemukannya bekas bungkus obat baruk cair di sepanjang pinggiran polder. Obat batuk ini dinilai tidak digunakan sebagaimana mestinya tetapi disalahgunakan untuk mabuk oleh kalangan remaja. Selain itu yang menjadi tempat para anak muda untuk melakukan aksi tersebut, yaitu di tempat-tempat gelap, yang memang pada malam hari tidak ada lampu dan kurangnya patroli dari aparat.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kutim, Yuwana Sri Kurniawati mengatakan, hal semacam ini para orang tua patut waspada akan penyalahgunaan obat batuk cair yang popular tersebut. Karena, saat ini sudah tidak lagi dijadikan sebagai pengobatan, tapi disalahgunakan.
Sejauh ini pemerintah telah melakukan himbauan kepada penjual obat dan apotek untuk tidak menjual obat batuk cair berwarna hijau ini lebih dari 5 sachet terhadap anak-anak. Namun sayangnya masih banyak toko obat bahkan apotek yang ketahuan menjual dengan jumlah banyak.
“Kemaren kita sidak gabungan BNK, Polres, Dinkes, Perindag dan Satpol PP, Komix (obat baruk cair, Red.) itu hanya boleh dijual maksimal 5 sachet, ternyata ya masih ada aja (yang menjual, Red),” ujarnya
Himbauan tersebut seakan-akan dianggap hanya angin lalu bagi penjual obat. Sementara pemerintah tidak dapat melakukan upaya lebih lantaran penjualan tersebut tidak dikategorikan sebagai obat terlarang.
“Disini (Kutim, Red.) belum ada perdanya untuk penjualan obat batuk. Jadi kita hanya menghimbau saja agar tidak menjual berlebihan,” katanya.
Dengan begitu, peran orang tua lah diharapkan menjaga anaknya. Sebab, darurat obat batuk di wilayah Kutim sudah menjadi perhatian serius. “Walaupun kita batasi peredaran Komix (obat batuk cair, Red.) , ternyata mereka lebih ‘cerdas’, berkreasi pakai lem. Sementara tidak ada UU yang bisa menjerat,” tutupnya. (yul1116)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.