Minggu, 19/01/2025

Dari Inggris, Owa Jawa dan Lutung Tempuh Perjalanan Ribuan Kilometer ke Indonesia

Minggu, 19/01/2025

Satu, owa antan muda yang memiliki reputasi sebagai hewan yang usil karena bisa mengagetkan penjaga dan sudah pulang ke Indonesia. (Foto: Dailymail)

Share
Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Dari Inggris, Owa Jawa dan Lutung Tempuh Perjalanan Ribuan Kilometer ke Indonesia

Minggu, 19/01/2025

logo

Satu, owa antan muda yang memiliki reputasi sebagai hewan yang usil karena bisa mengagetkan penjaga dan sudah pulang ke Indonesia. (Foto: Dailymail)

KORANKALTIM.COM - Sepuluh primata yang terancam punah di dunia diberi awal kehidupan yang baru bulan ini setelah diterbangkan lebih dari 7.000 mil dari Kent di Inggris ke Indonesia.

Primata-primata tersebut yang merupakan campuran Owa Jawa dan Lutung semuanya lahir di Port Lympne Reserve atau Howletts Wild Animal Park, keduanya berada di kawasan Kent.

Aspinall Foundation, sebuah badan amal konservasi hewan, menerbangkan mereka lebih dari 7.000 mil atau 11.265,41 kilometer ke tanah kelahiran mereka di Indonesia tepat pada Tahun Baru 2025 lalu.

Melansir dari laman dailymail.co.uk Minggu (19/1/2025) hari ini, perjalanan ini melibatkan pemindahan mereka ke dalam peti yang dirancang khusus sebelum diangkut ke Bandara Heathrow di London yang mana mereka lepas landas dengan penerbangan komersial.

Semua primata dalam keadaan sadar selama perjalanan kecuali saat tidur siang dan mendapatkan makanan yang biasa mereka konsumsi berupa umbi-umbian, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Mereka juga dibekali makan siang yang berisi makanan favorit yang dipilih oleh para penjaga.

Setelah mendarat di Indonesia, mereka dibawa ke pusat rehabilitasi di Jawa, langsung berayun diantara pepohonan untuk mempersiapkan diri dilepasliarkan.
Setelah beberapa bulan, mereka akan dilepasliarkan di tempat yang dilindungi seluas 8.000 hektar (80 km2) untuk hidup bebas di antara 90 spesies pohon yang berbeda.

Kedua spesies primata ini terdaftar sebagai Terancam Punah dalam IUCN Red List atau masuk dalam daftar merah yang berarti mereka memiliki risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar.

Diperkirakan hanya ada kurang dari 4.500 Owa Jawa dewasa yang tersisa di alam liar dengan hilangnya habitat, perburuan dan perdagangan hewan peliharaan ilegal sebagai penyebab berkurangnya jumlah mereka.

Spesies yang juga dikenal sebagai Owa Jawa ini telah beradaptasi untuk berayun dengan tangan dan dapat dengan mudah menempuh jarak 10 meter dari satu dahan ke dahan lainnya.

Diantara Owa Jawa yang melakukan perjalanan diantaranya Bernama Satu, seekor jantan muda yang nakal dan memiliki reputasi sering mengejutkan penjaga, yang tiba di tanah leluhurnya tepat pada hari ulang tahunnya yang kesembilan.

Satu melakukan perjalanan bersama Owa Jawa lainnya, Kadua yang berusia enam tahun, Bogel yang berusia sembilan tahun, Daru yang berusia tujuh tahun, Pagang yang berusia sembilan tahun, Made yang berusia 10 tahun dan Opak yang berusia delapan tahun.

Lutung Jawa yang terdiri dari tiga jenis juga dikenal sebagai monyet daun beruban dan hanya berjumlah sekitar 5.500 ekor di alam liar. Tingginya sekitar satu meter dan memiliki tungkai yang panjang dan kurus dengan bulu gelap dan panjang yang berbintik-bintik dengan warna yang lebih terang.

Mereka yang ikut pindah termasuk Vitus yang berusia 16 tahun, Taman yang berusia 10 tahun dan Kaget yang merupakan yang termuda berusia delapan tahun.
Amos Courage, direktur Proyek Luar Negeri The Aspinall Foundation mereka sangat bangga dengan proyek-proyek di Indonesia.

“Proyek-proyek ini tidak hanya memungkinkan pihak berwenang untuk menerapkan hukum kejahatan terhadap satwa liar dengan memberikan solusi untuk hewan peliharaan yang disita, tetapi juga membantu melindungi hutan yang sudah habis dan daerah tangkapan air di mana hewan-hewan tersebut dilepaskan, membantu memulihkan habitat dan melindungi sumber daya yang vital,” kata Amos.

“Saya yakin taman-taman mitra kami, Howletts dan Port Lympne akan merindukan kelompok satwa ini, namun, mereka semua layak mendapatkan kehidupan yang sangat memperkaya, yang hanya bisa diberikan oleh hutan-hutan di Jawa,” imbuhnya.

Badan amal ini telah bekerja di Jawa sejak 2010 dengan proyek-proyek penyelamatan dan penyitaan primata dari perdagangan hewan peliharaan ilegal.

Sejak saat itu, mereka telah merehabilitasi dan melepasliarkan puluhan primata ke alam liar, bersamaan dengan pemulangan primata hasil penangkaran di Inggris.
Proyek-proyek mereka dikelola secara kooperatif dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.

Program pengembangbiakan Owa Jawa Aspinall telah menghasilkan kurang dari 200 kelahiran di penangkaran di Inggris dan kelompok ini adalah yang terbaru yang akan dilepasliarkan kembali sebagai bagian dari kampanye Back to Wild atau Kembali ke Alam Liar.

Badan amal ini percaya hewan seharusnya berada di alam liar dan mereka yakin pelepasliaran hewan ke habitat alami mereka dapat membantu melestarikan satwa liar dan ekosistem.

Rencana pelepasliaran yang ambisius ini juga mencakup menerbangkan kawanan gajah yang terdiri dari 13 ekor lebih dari 7.000 km melintasi dunia untuk mengembalikan mereka ke tanah leluhur mereka di Kenya.

Sekadar diketahui, dibalik penurunan jumlah primata ini, terdapat peningkatan industri pertanian, peternakan skala besar, penebangan hutan, pengeboran minyak dan gas, pertambangan, pembangunan bendungan dan pembangunan jalan.

Perdagangan ilegal daging satwa liar yang membunuh kera dan monyet untuk diambil dagingnya juga memusnahkan satwa ini, begitu juga dengan perubahan iklim dan penyakit yang menyebar dari manusia ke kera.

Menanam pohon untuk menghasilkan minyak kelapa sawit yang digunakan dalam banyak makanan populer merupakan ancaman khusus bagi primata di Indonesia, seperti halnya penambangan emas dan batu safir di Madagaskar.

Dengan banyaknya spesies yang hidup di hutan hujan, penebangan jutaan hektar hutan untuk memasok kebutuhan kayu yang terus meningkat atau membuka lahan untuk pertanian menghancurkan habitat mereka dan membuat populasi mereka semakin terfragmentasi.

Editor: Aspian Nur

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.