Sabtu, 30/03/2019

Konon jadi Tempat Jagal Hingga Pencarian Harta Karun, Cerita Benteng Peninggalan Belanda di Mangkurawang Tak Pernah Tersentuh Perhatian

Sabtu, 30/03/2019

Kondisi benteng peninggalan belanda yang tidak terawat dan penuh dengan coretan

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Konon jadi Tempat Jagal Hingga Pencarian Harta Karun, Cerita Benteng Peninggalan Belanda di Mangkurawang Tak Pernah Tersentuh Perhatian

Sabtu, 30/03/2019

logo

Kondisi benteng peninggalan belanda yang tidak terawat dan penuh dengan coretan

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG - 73 tahun Indonesia merdeka, meninggalkan tempat-tempat yang menjadi saksi bisu masa-masa penjajahan. Salah satunya adalah Benteng peninggalan Belanda yang terdapat di kawasan perbukitan Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Jl Mangkurawang menuju ke Kelurahan Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong, kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).


Benteng yang letaknya sekitar 100 Meter Dibawah Permukaan Laut (Mdpl) tersebut menghadap ke arah Sungai Mahakam. Jika diperhatikan, benteng tersebut berfungsi untuk tempat pertahanan sekaligus pos pantau kapal-kapal dari arah sungai. 


Namun sungguh miris, benteng heksagonal berdiameter 2x2 meter dengan tinggi 2 meter itu kini tertutup rerumputan sehingga sulit dideteksi keberadaannya. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan aksi vandalisme berupa coretan-coretan kalimat tak senonoh.


Menurut keterangan warga bernama Jamhur, masyarakat kelahiran kawasan tersebut menerangkan dulunya sering dirawat oleh keluarganya yang memiliki kebun buah di kawasan benteng. Benteng tersebut, terang Jamhur, dahulunya bisa disebut tempat penjagalan lantaran banyak ditemukan sisa tengkorak manusia.

“Disana dulu ngeri, dulu aja waktu aku masih kecil itu ada banyak kepala (tengkorak) bekas dipotong-potong itu. Kalau menurut cerita, orang tua dulu itu kepala orang luar (pulau), dari Jawa dari mana yang sempat jadi penghianat saat perjuangan dulu,” terang Jamhur yang sudah tinggal di kawasan tersebut semenjak 56 tahun lalu.

Jamhur menuturkan, dulunya terdapat terowongan yang belum diketahui ujungnya. Terowongan tersebut telah rubuh seiring dengan bertumbuhnya akar-akar pohon di kebun buah kawasan itu. Sepengetahuan Jamhur, benteng bangunan sempat dirusak akibat galian warga yang berdalih ingin menemukan harta karun berupa emas dan benda pusaka lainnya.

“Bilang orang emas disana ada emas segala macam, padahal kata orang-orang tua dulu juga memang tidak ada,” cetusnya.

Akan hal itu, Jamhur berpendapat, ada baiknya peninggalan sejarah itu diperhatikan oleh pemerintah. Karena ada satu peninggalan parit Jepang yang letaknya di pinggir sungai tidak jauh dari kawasan tersebut telah rusak akibat longsor.“Peninggalan seperti itu harusnya memang perlu untuk dibenahi, sejauh ini ada banyak orang yang bertanya kepada saya soal benteng itu, siapa tau mendatangkan wisatawan disini,” pungkasnya.


Penulis: Reza Fahlevi

Editor: Desman Minang

Konon jadi Tempat Jagal Hingga Pencarian Harta Karun, Cerita Benteng Peninggalan Belanda di Mangkurawang Tak Pernah Tersentuh Perhatian

Sabtu, 30/03/2019

Kondisi benteng peninggalan belanda yang tidak terawat dan penuh dengan coretan

Berita Terkait


Konon jadi Tempat Jagal Hingga Pencarian Harta Karun, Cerita Benteng Peninggalan Belanda di Mangkurawang Tak Pernah Tersentuh Perhatian

Kondisi benteng peninggalan belanda yang tidak terawat dan penuh dengan coretan

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG - 73 tahun Indonesia merdeka, meninggalkan tempat-tempat yang menjadi saksi bisu masa-masa penjajahan. Salah satunya adalah Benteng peninggalan Belanda yang terdapat di kawasan perbukitan Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Jl Mangkurawang menuju ke Kelurahan Loa Tebu, Kecamatan Tenggarong, kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).


Benteng yang letaknya sekitar 100 Meter Dibawah Permukaan Laut (Mdpl) tersebut menghadap ke arah Sungai Mahakam. Jika diperhatikan, benteng tersebut berfungsi untuk tempat pertahanan sekaligus pos pantau kapal-kapal dari arah sungai. 


Namun sungguh miris, benteng heksagonal berdiameter 2x2 meter dengan tinggi 2 meter itu kini tertutup rerumputan sehingga sulit dideteksi keberadaannya. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan aksi vandalisme berupa coretan-coretan kalimat tak senonoh.


Menurut keterangan warga bernama Jamhur, masyarakat kelahiran kawasan tersebut menerangkan dulunya sering dirawat oleh keluarganya yang memiliki kebun buah di kawasan benteng. Benteng tersebut, terang Jamhur, dahulunya bisa disebut tempat penjagalan lantaran banyak ditemukan sisa tengkorak manusia.

“Disana dulu ngeri, dulu aja waktu aku masih kecil itu ada banyak kepala (tengkorak) bekas dipotong-potong itu. Kalau menurut cerita, orang tua dulu itu kepala orang luar (pulau), dari Jawa dari mana yang sempat jadi penghianat saat perjuangan dulu,” terang Jamhur yang sudah tinggal di kawasan tersebut semenjak 56 tahun lalu.

Jamhur menuturkan, dulunya terdapat terowongan yang belum diketahui ujungnya. Terowongan tersebut telah rubuh seiring dengan bertumbuhnya akar-akar pohon di kebun buah kawasan itu. Sepengetahuan Jamhur, benteng bangunan sempat dirusak akibat galian warga yang berdalih ingin menemukan harta karun berupa emas dan benda pusaka lainnya.

“Bilang orang emas disana ada emas segala macam, padahal kata orang-orang tua dulu juga memang tidak ada,” cetusnya.

Akan hal itu, Jamhur berpendapat, ada baiknya peninggalan sejarah itu diperhatikan oleh pemerintah. Karena ada satu peninggalan parit Jepang yang letaknya di pinggir sungai tidak jauh dari kawasan tersebut telah rusak akibat longsor.“Peninggalan seperti itu harusnya memang perlu untuk dibenahi, sejauh ini ada banyak orang yang bertanya kepada saya soal benteng itu, siapa tau mendatangkan wisatawan disini,” pungkasnya.


Penulis: Reza Fahlevi

Editor: Desman Minang

 

Berita Terkait

Lokasi CFD Tenggarong Pindah Besok Pagi, SK2 Bakal Bagikan 200 Sapoh untuk Para Pedagang

Pj Gubernur Kaltim Pantau Banjir di Mahulu, Penyaluran Listrik, Bantuan Pangan dan Air Bersih jadi Prioritas Awal

Dukung Gerakan Literasi Desa, Paser Terima Mobil Pusling diJakarta

Warga RT 13 Kelurahan Baru, Tenggarong Berembuk Manfaatkan Dana Rp50 Juta

Setelah Balikpapan, Dinkes Kaltim Siap Vaksinasi Lima Ribu Anak di Kota Samarinda

Dinsos Kaltim Kirim 1.500 Paket ke Mahulu, Kemensos RI juga Segera Beri Bantuan

Ribuan Orang Hadiri Tabligh Akbar Ustaz Abdul Somad di Masjid Al Qadar Tenggarong Siang Tadi

Kecamatan Tabang Diterjang Banjir Imbas Hujan di Hulu Sungai Belayan, BPBD Kukar Turunkan Tim Pantau Potensi Banjir Kiriman dari Mahulu

Hendak Menyeberang Jalan Saat Banjir di Mahulu, Karyawan Warung PHP Sebenaq Meninggal Dunia Pagi Tadi

Aktivitas Warga di Ibu Kota Mahulu Mulai Normal Setelah Sempat Diterjang Banjir

Kerap Mencuri di Rumah Kosong, Warga Perum Handil Kopi Sambutan Diciduk Polisi

Pabrik Smelter di Sangasanga Kembali Terbakar, Tiga Orang Alami Luka-Luka

Proyek Peningkatan Sistem Drainase Perkotaan di Tanjung Redeb Habiskan Anggaran Rp23,7 Miliar

Pengembangan Lahan Kakao Berau Baru 500 Hektare, Kelompok Tani Diminta Tak Alih Fungsikan Lahan

Ketergantungan Kaltim pada Sektor Pertambangan jadi Sorotan

Petani Kakao di Berau Diminta Bermitra dengan Perusahaan

Libatkan 14 Perusahaan, Disnaker Samarinda Buka Job Fair Pekan Depan

Aplikasi Perjalanan Dinas Dikritisi Anggota DPRD Samarinda, Sebut Jalan-Jalan untuk Adopsi Tata Kota

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.