Senin, 10/02/2020
Senin, 10/02/2020
Barang bekas dari sisa sampah dapur dapat menghasilkan emas dengan cara memilah dan menyetorkannya ke Bank Sampah. ( Foto: Fairus/korankaltimcom)
Senin, 10/02/2020
Barang bekas dari sisa sampah dapur dapat menghasilkan emas dengan cara memilah dan menyetorkannya ke Bank Sampah. ( Foto: Fairus/korankaltimcom)
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA - Kampung Pilah Sampah di Jalan Kamboja, Kelurahan Rawa Makmur, Palaran, menjadi satu-satunya di Samarinda, yang dinobatkan sebagai Kampung Pilah Sadar Lingkungan (Darling).
Sekitar 52 RT di Rawa Makmur mengikuti Program Darling untuk menekan kesadaran masyarakat terutama terhadap lingkungannya. Tidak hanya RT di Rawa Makmur, ada beberapa RT di Kelurahan lain juga menyetorkan sampah.
Pengurus Kampung Pilah, Imam Chudori mengaku merintis program ini sejak tujuh bulan lalu dengan tujuan menyadarkan masyarakat akan lingkungan serta mampu memilah sampah yang bisa didaur ulang dan menyetorkannya ke Bank Sampah. Bank sampah ini bekerjasama dengan DLH melalui setorsampah.com serta PT Pegadaian Persero. “Dari kelurahan lain juga ada seperti Simpang Pasir dan Bukuan,” ungkapnya.
Tiga petugas melayani penyetoran sampah ini, sampah yang bisa disetorkan seperti botol plastik atau kaca, koran bekas, buku, besi bekas, alumunium, sampah dapur dan lain-lainnya.
Ia mengaku dapat ide ini ketika melihat banyaknya sampah berserakan dan menganggu sehingga muncul ide mendirikan Kampung Pilah yang memilih sampah serta bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk masyarakat.
Dari segi bisnis memang belumlah bisa mengelola barang-barang bekas ini, namun kerjasamanya dengan setorsampah.com dan Pegadaian membuat masyarakat tertarik menukarkan sampah agar mendapat keuntungan.
Apalagi Pegadaian langsung menguangkan dalam bentuk tabungan emas kepada masyarakat yang menyetorkan sampah mereka. “Kerjasama dengan setorsampah.com dan pegadaian. Jadi setiap Sabtu dibuka untuk ditimbang berapa sampah yang dibawa, setelah tau jumlahnya hasil yang mereka bawa disetorkan dalam bentuk tabungan emas,” jelas Imam.
Dalam seminggu, sampah yang disetor bisa mencapai dua mobil pick up. Hitungan perkilonya pun fluktuatif mengikuti acuan pabrik olahan sampah di Pulau Jawa. “Pertama di Samarinda memang kampung pilah, yang memilah sampah organik dan non organik. Lalu pegadaian sosialisasi tabungan emas kepada masyarakat, akhirnya mereka tertarik karena jadi pundi-pundi tabungan emas mereka,” imbuh Imam.
Dengan menyetorkan sampah yang dipilah, masyarakat pun mendapat keuntungan dengan bertambahnya tabungan emas mereka. Imam mengaku masih terus berupaya mengembangkan agar seluruh RT dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini. “Setelah menukar, kita timbang dan dapat nominalnya, pihak kami melaporkan ke pegadaian agar menambahkan tabungan emas penyetor sampah. Saat ini warga Rawa Makmur banyak di RT 41 yang menyetor, saya akan terus berusaha agar semakin banyak masyarakat yang sada akan lingkungannya,” pungkas Imam. (*)
Penulis: */Fairus
Editor: Aspian Nur
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.