Sabtu, 17/08/2019

Perjuangan Kemerdekaan dalam Drama Kolosal Dibimbing Dandim Bontang, Pemeran Tampil Memukau

Sabtu, 17/08/2019

Dandim 0908/BTG Letkol Arm Eko Pristiono, di penghujung pertunjukan drama kolosal, turut membakar semangat juang cinta NKRI.

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Perjuangan Kemerdekaan dalam Drama Kolosal Dibimbing Dandim Bontang, Pemeran Tampil Memukau

Sabtu, 17/08/2019

logo

Dandim 0908/BTG Letkol Arm Eko Pristiono, di penghujung pertunjukan drama kolosal, turut membakar semangat juang cinta NKRI.

KORANKALTIM.COM, BONTANG – Upacara detik-detik proklamasi yang digelar pada Sabtu 17 Agustus 2019 ini tampak berbeda. Pasalnya, usai upacara pengibaran bendera, terdapat satu penampilan drama kolosal yang cukup mencuri perhatian. Berkat bimbingan Dandim 0908/BTG, para pemeran dalam drama kolosal tersebut pun tampil memukau.

Upacara pengibaran bendera yang dilaksanakan di Stadion Taman Prestasi Bontang Lestari dimulai pukul 10.00 Wita. Acara Dirgahayu ke-74 tahun Republik Indonesia 2019 ini mengusung tema nasional yakni “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Hadir sebagai inspektur upacara Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni. Sedangkan Ketua DPRD Bontang Sementara Nursalam membacakan teks proklamasi.

Sebanyak 41 pasukan pengibar bendera (Paskibra) mampu memberikan penampilan yang maksimal, nyaris tanpa cela. Tamu undangan dari berbagai elemen masyarakat pun turut hadir dalam upacara pengibaran bendera, Sabtu (17/8/2019).

Usai pengibaran bendera, barulah drama kolosal ditampilkan. Sebanyak 300 orang yang terdiri dari siswa siswi SMA/SMK/MAN se-Kota Bontang turut berperan di dalamnya, dengan di-back up oleh beberapa anggota TNI dari Kodim 0908/BTG. 

Salah satu pelatih drama kolosal, Eko Budi menuturkan jalan cerita yang diperankan dalam drama yakni usai pembacaan proklamasi kemerdekaan, terjadilan euforia rakyat Indonesia. 

Namun, kemudian terjadi agresi militer dan negara kembali dalam keadaan kacau. Nah, saat situasi kacau, Jenderal Soedirman sebagai seorang militer yang sedang dalam keadaan sakit terpanggil hatinya. “Ia tak suka ada perundingan, sebab sama dengan pembodohan penjajah. Akhirnya ia (Jenderal Soedirman) memanggil seluruh panglima divisi, mulai divisi 1-4,” jelas Eko.

Mengingat situasi sedang genting, dan banyak pejabat yang diasingkan oleh penjajah, banyak pertikaian juga, sehingga melalui kurir, Jenderal Soedirman mengirimkan surat untuk mengumpulkan pejabat yang kocar kacir diadu domba oleh Belanda. Meski dalam kondisi sakit, Jenderal Soedirman ingin mati di medan tempur, bukan mati di dalam kamar. Kemudian terjadilah pertempuran.“Jenderal Soedirman ini seorang ahli strategi, setiap ada penjajah, ia selalu hilang dengan berbagai triknya,” ujarnya.

Setelah itu, dikupaslah apa rahasia atau jimat dari Jenderal Soedirman. Disitulah terungkap bahwa Jenderal Soedirman tak pernah lepas dari wudhunya, selalu salat 5 waktu dengan tepat waktu, dan selalu bekerja tulus dan ikhlas. Bukan untuk pribadi, keluarga, golongan atau siapapun. Tapi untuk rakyat Indonesia. “Itu merupakan jimat beliau, dan beliau yakin adanya Tuhan, dan ia yakin TNI akan timbul tenggelam bersama negara,” terangnya.

Sampai akhirnya keluar statement dari Jenderal Soedirman. “Robek-robeklah dadaku, potong-potonglah badanku. Karena jiwaku dilindungi oleh merah putih yang akan selalu membela negara rakyat Indonesia. Hal itulah pesannya untuk membangkitkan semangat juang anak-anak generasi penerus bangsa,” bebernya.

Drama itu, lanjutnya, merupakan sejarah pada saat Kemerdekaan Republik Indonesia 1945 lalu. Dimana Belanda tidak senang Indonesia merdeka sehingga terjadi agresi militer 1 dan 2 tahun 1945-1948, atau selama dua tahun. Para pemeran drama kolosal dilatih oleh 7 pelatih. Mulai dari penulis skenario, pembuat suara, aransemen musik, dan lainnya. “Total ada sekira 7 pelatih, dan penanggung jawab drama kolosal ini Komandam Kodim 0908/BTG,” pungkasnya.


Penulis.olis

Editor: M.Huldi

Perjuangan Kemerdekaan dalam Drama Kolosal Dibimbing Dandim Bontang, Pemeran Tampil Memukau

Sabtu, 17/08/2019

Dandim 0908/BTG Letkol Arm Eko Pristiono, di penghujung pertunjukan drama kolosal, turut membakar semangat juang cinta NKRI.

Berita Terkait


Perjuangan Kemerdekaan dalam Drama Kolosal Dibimbing Dandim Bontang, Pemeran Tampil Memukau

Dandim 0908/BTG Letkol Arm Eko Pristiono, di penghujung pertunjukan drama kolosal, turut membakar semangat juang cinta NKRI.

KORANKALTIM.COM, BONTANG – Upacara detik-detik proklamasi yang digelar pada Sabtu 17 Agustus 2019 ini tampak berbeda. Pasalnya, usai upacara pengibaran bendera, terdapat satu penampilan drama kolosal yang cukup mencuri perhatian. Berkat bimbingan Dandim 0908/BTG, para pemeran dalam drama kolosal tersebut pun tampil memukau.

Upacara pengibaran bendera yang dilaksanakan di Stadion Taman Prestasi Bontang Lestari dimulai pukul 10.00 Wita. Acara Dirgahayu ke-74 tahun Republik Indonesia 2019 ini mengusung tema nasional yakni “SDM Unggul, Indonesia Maju”. Hadir sebagai inspektur upacara Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni. Sedangkan Ketua DPRD Bontang Sementara Nursalam membacakan teks proklamasi.

Sebanyak 41 pasukan pengibar bendera (Paskibra) mampu memberikan penampilan yang maksimal, nyaris tanpa cela. Tamu undangan dari berbagai elemen masyarakat pun turut hadir dalam upacara pengibaran bendera, Sabtu (17/8/2019).

Usai pengibaran bendera, barulah drama kolosal ditampilkan. Sebanyak 300 orang yang terdiri dari siswa siswi SMA/SMK/MAN se-Kota Bontang turut berperan di dalamnya, dengan di-back up oleh beberapa anggota TNI dari Kodim 0908/BTG. 

Salah satu pelatih drama kolosal, Eko Budi menuturkan jalan cerita yang diperankan dalam drama yakni usai pembacaan proklamasi kemerdekaan, terjadilan euforia rakyat Indonesia. 

Namun, kemudian terjadi agresi militer dan negara kembali dalam keadaan kacau. Nah, saat situasi kacau, Jenderal Soedirman sebagai seorang militer yang sedang dalam keadaan sakit terpanggil hatinya. “Ia tak suka ada perundingan, sebab sama dengan pembodohan penjajah. Akhirnya ia (Jenderal Soedirman) memanggil seluruh panglima divisi, mulai divisi 1-4,” jelas Eko.

Mengingat situasi sedang genting, dan banyak pejabat yang diasingkan oleh penjajah, banyak pertikaian juga, sehingga melalui kurir, Jenderal Soedirman mengirimkan surat untuk mengumpulkan pejabat yang kocar kacir diadu domba oleh Belanda. Meski dalam kondisi sakit, Jenderal Soedirman ingin mati di medan tempur, bukan mati di dalam kamar. Kemudian terjadilah pertempuran.“Jenderal Soedirman ini seorang ahli strategi, setiap ada penjajah, ia selalu hilang dengan berbagai triknya,” ujarnya.

Setelah itu, dikupaslah apa rahasia atau jimat dari Jenderal Soedirman. Disitulah terungkap bahwa Jenderal Soedirman tak pernah lepas dari wudhunya, selalu salat 5 waktu dengan tepat waktu, dan selalu bekerja tulus dan ikhlas. Bukan untuk pribadi, keluarga, golongan atau siapapun. Tapi untuk rakyat Indonesia. “Itu merupakan jimat beliau, dan beliau yakin adanya Tuhan, dan ia yakin TNI akan timbul tenggelam bersama negara,” terangnya.

Sampai akhirnya keluar statement dari Jenderal Soedirman. “Robek-robeklah dadaku, potong-potonglah badanku. Karena jiwaku dilindungi oleh merah putih yang akan selalu membela negara rakyat Indonesia. Hal itulah pesannya untuk membangkitkan semangat juang anak-anak generasi penerus bangsa,” bebernya.

Drama itu, lanjutnya, merupakan sejarah pada saat Kemerdekaan Republik Indonesia 1945 lalu. Dimana Belanda tidak senang Indonesia merdeka sehingga terjadi agresi militer 1 dan 2 tahun 1945-1948, atau selama dua tahun. Para pemeran drama kolosal dilatih oleh 7 pelatih. Mulai dari penulis skenario, pembuat suara, aransemen musik, dan lainnya. “Total ada sekira 7 pelatih, dan penanggung jawab drama kolosal ini Komandam Kodim 0908/BTG,” pungkasnya.


Penulis.olis

Editor: M.Huldi

 

Berita Terkait

Lokasi CFD Tenggarong Pindah Besok Pagi, SK2 Bakal Bagikan 200 Sapoh untuk Para Pedagang

Pj Gubernur Kaltim Pantau Banjir di Mahulu, Penyaluran Listrik, Bantuan Pangan dan Air Bersih jadi Prioritas Awal

Dukung Gerakan Literasi Desa, Paser Terima Mobil Pusling diJakarta

Warga RT 13 Kelurahan Baru, Tenggarong Berembuk Manfaatkan Dana Rp50 Juta

Setelah Balikpapan, Dinkes Kaltim Siap Vaksinasi Lima Ribu Anak di Kota Samarinda

Dinsos Kaltim Kirim 1.500 Paket ke Mahulu, Kemensos RI juga Segera Beri Bantuan

Ribuan Orang Hadiri Tabligh Akbar Ustaz Abdul Somad di Masjid Al Qadar Tenggarong Siang Tadi

Kecamatan Tabang Diterjang Banjir Imbas Hujan di Hulu Sungai Belayan, BPBD Kukar Turunkan Tim Pantau Potensi Banjir Kiriman dari Mahulu

Hendak Menyeberang Jalan Saat Banjir di Mahulu, Karyawan Warung PHP Sebenaq Meninggal Dunia Pagi Tadi

Aktivitas Warga di Ibu Kota Mahulu Mulai Normal Setelah Sempat Diterjang Banjir

Kerap Mencuri di Rumah Kosong, Warga Perum Handil Kopi Sambutan Diciduk Polisi

Pabrik Smelter di Sangasanga Kembali Terbakar, Tiga Orang Alami Luka-Luka

Proyek Peningkatan Sistem Drainase Perkotaan di Tanjung Redeb Habiskan Anggaran Rp23,7 Miliar

Pengembangan Lahan Kakao Berau Baru 500 Hektare, Kelompok Tani Diminta Tak Alih Fungsikan Lahan

Ketergantungan Kaltim pada Sektor Pertambangan jadi Sorotan

Petani Kakao di Berau Diminta Bermitra dengan Perusahaan

Libatkan 14 Perusahaan, Disnaker Samarinda Buka Job Fair Pekan Depan

Aplikasi Perjalanan Dinas Dikritisi Anggota DPRD Samarinda, Sebut Jalan-Jalan untuk Adopsi Tata Kota

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.