Senin, 25/09/2017
Senin, 25/09/2017
Trino Junaidi
Senin, 25/09/2017
Trino Junaidi
TENGGARONG – Ekonomi Kutai Kartanegara kian menurun seiring melemahnya bisnis pertambangan. Kondisi ini diperkirakan akan terus terjadi hingga 2018 mendatang.
“Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kukar selalu menurun, dan pasti berdampak terhadap DBH yang diterima Kukar tiap tahunnya. Padahal 64 persen PDRB Kukar adalah pertambangan batu bara, migas serta pajak galian C. Sekitar 12 persen lainnya dari sektor pertanian,” ungkap Kasi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kukar, Trino Junaidi kepada Koran Kaltim, kemarin.
Penurunan PDRB ditandai pada 2015 lalu. Pertumbuhan ekonomi Kukar kala itu bahkan menyentuh angka 7,6 persen. Sementara di tahun 2016 ini, kondisinya agak membaik, minus sekitar 1,34 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh gelombang PHK besar-besaran.
“Kondisi PDRB yang menurun menyebabkan kemampuan fiskal juga menurun. Ini memberikan dampak terhadap penurunan DBH yang diterima Kukar tiap tahunnya. Kondisi ini membuat pusat mengucurkan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) guna membantu keuangan daerah,” paparnya.
Trino menambahkan, meski sekarang kondisi keuangan sedang defisit, Kukar pernah berada di zaman kejayaan. Saat itu, APBD Kukar bahkan menyentuh Rp8 triliun. Nilai yang setara dengan APBD Kaltim tahun ini.
Namun, geliat pertambangan kala itu memberikan dampak negatif. Tak sedikit lahan pertanian berubah fungsi menjadi pertambangan.
“Setelah pertambangan ada yang tidak dilakukan reboisasi dan reklamasi. Bahkan kalaupun dilakukan itu memerlukan waktu. Sedangkan infrastruktur pertanian belum dibangun secara optimal,” paparnya. (ran)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.