Selasa, 28/08/2018

Peraih Emas Dayung dari Keluarga Miskin

Selasa, 28/08/2018

Rio riski bersama keluarga dan rumah yang jadi tempat tinggal selama ini

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Peraih Emas Dayung dari Keluarga Miskin

Selasa, 28/08/2018

logo

Rio riski bersama keluarga dan rumah yang jadi tempat tinggal selama ini

JAKARTA – Hingga pagi ini, Indonesia untuk sementara berhasil menyabet 24 emas Asian Games 2018. Satu dari 24 emas yang diraih disumbangkan oleh Rio Risky Darmawan dari cabang olahraga dayung.

Siapa sangka, latar belakang Rio tak sementereng prestasinya. Rio lahir dari keluarga kurang mampu alias miskin. Nasir, ayahnya, bekerja sebagai petani cokelat di Desa Tompi, Kulawi Selatan, Sulawesi Tengah. Sedangkan ibunya hanya mengurus rumah, yang jaraknya puluhan kilometer dari Kota Palu. "Kalau dari Palu pergi ke kampung Rio Risky masih ada 90 km, dari Kota Palu," kata Rasna, ibunda Rio, seperti dilansir detik.com.

Menurut Rasna, sejak kecil bakat olahraga Rio sebenarnya tak terlihat. Bakatnya baru mulai tampak setelah disekolahkan di SMANOR Tadulako, Palu. "Waktu SMP diambil sama Pak Jufri ke SMANOR. Di sana dia baru mulai belajar mendayung. Dulu tidak (suka dayung). Soalnya, di kampung tidak ada laut," ujar Rasna. 

"Kalau dia tidak ada (bakat) memang, tidak ada bakatnya. Semenjak diambil sama Pak Jufri itu. Ini kepala sekolah di SMANOR, dia punya jatah cari murid yang mau masuk di situ. Terus dia ke kampung, dia dapat itu Rio Risky," sambungnya.

Rasna sendiri hanya menyaksikan dari televisi saat Rio bertanding. Hanya sang ayah yang menyaksikan langsung di Jakabaring Sport City, Palembang, bagaimana kehebatan Rio saat mendayung. "(Saya) nonton langsung dari televisi. Bapak yang nonton langsung ke Palembang," tutur Rasna.

Rasna mengaku tak mengajarkan apa-apa kepada Rio hingga bisa menjadi atlet nasional. Saat Rio disekolahkan di SMANOR, Rasna dan suaminya hanya memberikan dukungan dan doa. "Tidak, tidak diajari. Dukungan dan doa saja. Kami ini semua serahkan ke anak, dia kan yang jalani, bukan kita orang tua," terang Rasna. Rasna tak menyangka anaknya bisa meraih emas di pesta olahraga terbesar se-Asia itu. Ia dan suami bangga atas prestasi Rio. "Perasaannya sangat bangga, terharu, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," ucap Rasna.

Keluarga Rio merupakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2018. Rio sendiri berhasil menyabet emas cabor dayung kategori rowing LM8+. (*)

Peraih Emas Dayung dari Keluarga Miskin

Selasa, 28/08/2018

Rio riski bersama keluarga dan rumah yang jadi tempat tinggal selama ini

Berita Terkait


Peraih Emas Dayung dari Keluarga Miskin

Rio riski bersama keluarga dan rumah yang jadi tempat tinggal selama ini

JAKARTA – Hingga pagi ini, Indonesia untuk sementara berhasil menyabet 24 emas Asian Games 2018. Satu dari 24 emas yang diraih disumbangkan oleh Rio Risky Darmawan dari cabang olahraga dayung.

Siapa sangka, latar belakang Rio tak sementereng prestasinya. Rio lahir dari keluarga kurang mampu alias miskin. Nasir, ayahnya, bekerja sebagai petani cokelat di Desa Tompi, Kulawi Selatan, Sulawesi Tengah. Sedangkan ibunya hanya mengurus rumah, yang jaraknya puluhan kilometer dari Kota Palu. "Kalau dari Palu pergi ke kampung Rio Risky masih ada 90 km, dari Kota Palu," kata Rasna, ibunda Rio, seperti dilansir detik.com.

Menurut Rasna, sejak kecil bakat olahraga Rio sebenarnya tak terlihat. Bakatnya baru mulai tampak setelah disekolahkan di SMANOR Tadulako, Palu. "Waktu SMP diambil sama Pak Jufri ke SMANOR. Di sana dia baru mulai belajar mendayung. Dulu tidak (suka dayung). Soalnya, di kampung tidak ada laut," ujar Rasna. 

"Kalau dia tidak ada (bakat) memang, tidak ada bakatnya. Semenjak diambil sama Pak Jufri itu. Ini kepala sekolah di SMANOR, dia punya jatah cari murid yang mau masuk di situ. Terus dia ke kampung, dia dapat itu Rio Risky," sambungnya.

Rasna sendiri hanya menyaksikan dari televisi saat Rio bertanding. Hanya sang ayah yang menyaksikan langsung di Jakabaring Sport City, Palembang, bagaimana kehebatan Rio saat mendayung. "(Saya) nonton langsung dari televisi. Bapak yang nonton langsung ke Palembang," tutur Rasna.

Rasna mengaku tak mengajarkan apa-apa kepada Rio hingga bisa menjadi atlet nasional. Saat Rio disekolahkan di SMANOR, Rasna dan suaminya hanya memberikan dukungan dan doa. "Tidak, tidak diajari. Dukungan dan doa saja. Kami ini semua serahkan ke anak, dia kan yang jalani, bukan kita orang tua," terang Rasna. Rasna tak menyangka anaknya bisa meraih emas di pesta olahraga terbesar se-Asia itu. Ia dan suami bangga atas prestasi Rio. "Perasaannya sangat bangga, terharu, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," ucap Rasna.

Keluarga Rio merupakan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2018. Rio sendiri berhasil menyabet emas cabor dayung kategori rowing LM8+. (*)

 

Berita Terkait

Lokasi CFD Tenggarong Pindah Besok Pagi, SK2 Bakal Bagikan 200 Sapoh untuk Para Pedagang

Pj Gubernur Kaltim Pantau Banjir di Mahulu, Penyaluran Listrik, Bantuan Pangan dan Air Bersih jadi Prioritas Awal

Dukung Gerakan Literasi Desa, Paser Terima Mobil Pusling diJakarta

Warga RT 13 Kelurahan Baru, Tenggarong Berembuk Manfaatkan Dana Rp50 Juta

Setelah Balikpapan, Dinkes Kaltim Siap Vaksinasi Lima Ribu Anak di Kota Samarinda

Dinsos Kaltim Kirim 1.500 Paket ke Mahulu, Kemensos RI juga Segera Beri Bantuan

Ribuan Orang Hadiri Tabligh Akbar Ustaz Abdul Somad di Masjid Al Qadar Tenggarong Siang Tadi

Kecamatan Tabang Diterjang Banjir Imbas Hujan di Hulu Sungai Belayan, BPBD Kukar Turunkan Tim Pantau Potensi Banjir Kiriman dari Mahulu

Hendak Menyeberang Jalan Saat Banjir di Mahulu, Karyawan Warung PHP Sebenaq Meninggal Dunia Pagi Tadi

Aktivitas Warga di Ibu Kota Mahulu Mulai Normal Setelah Sempat Diterjang Banjir

Kerap Mencuri di Rumah Kosong, Warga Perum Handil Kopi Sambutan Diciduk Polisi

Pabrik Smelter di Sangasanga Kembali Terbakar, Tiga Orang Alami Luka-Luka

Proyek Peningkatan Sistem Drainase Perkotaan di Tanjung Redeb Habiskan Anggaran Rp23,7 Miliar

Pengembangan Lahan Kakao Berau Baru 500 Hektare, Kelompok Tani Diminta Tak Alih Fungsikan Lahan

Ketergantungan Kaltim pada Sektor Pertambangan jadi Sorotan

Petani Kakao di Berau Diminta Bermitra dengan Perusahaan

Libatkan 14 Perusahaan, Disnaker Samarinda Buka Job Fair Pekan Depan

Aplikasi Perjalanan Dinas Dikritisi Anggota DPRD Samarinda, Sebut Jalan-Jalan untuk Adopsi Tata Kota

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.