Jumat, 10/04/2020

Kompetisi Liga 1 Stop, Pesepakbola Ini jadi Nelayan

Jumat, 10/04/2020

Muhammad Tahir, harus berpikir keras mencari pemasukan saat sepakbola di Indonesia terhenti sementara. (ist)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Kompetisi Liga 1 Stop, Pesepakbola Ini jadi Nelayan

Jumat, 10/04/2020

logo

Muhammad Tahir, harus berpikir keras mencari pemasukan saat sepakbola di Indonesia terhenti sementara. (ist)

KORAN KALTIM.COM, JAYAPURA - Kompetisi Liga 1 2020 yang terhenti karena pandemi virus corona membuat sejumlah pesepakbola tanah air memutar otak mencari sumber rejeki lain guna memenuhi kebutuhan keluarga.

Salah satu yang kini banting setir dari profesi pesepakbola adalah Muhammad Tahir. Gelandang klub Persipura Jayapura itu mengaku memilih kembali melaut menjadi nelayan agar dapur tetap mengepul. Tahir harus berjuang hidup di tengah masa darurat Covid-19, karena ia masih perlu menafkahi istri dan dua anaknya, Nur Azizah serta Salsabila Putri.

Wabah corona membawa Tahir kembali ke laut, mencari ikan untuk dijual. Bahkan, kini pemain 26 tahun itu lebih banyak berada di laut ketimbang di lapangan hijau.

Mencari ikan merupakan salah satu kegemaran Tahir sejak kecil. Di masa anak-anak, Tahir sering ikut kakaknya memancing di laut. Sebagian dari hasil tangkapan dijual di pasar dekat rumah dan sisanya dikonsumsi sendiri. "Saat ini saya balik ke laut jadi nelayan. Kalau sedang tidak jadi nelayan, paling jaga [toko] suvenir punya orang tua di depan Pasar Hamadi [Jayapura]," ucap Tahir seperti diwartakan cnnindonesia.com.

Tahir merasa beruntung memiliki beberapa pilihan aktivitas. Selain bisa mencari ikan, ia juga dapat menjaga toko suvenir orang tuanya yang menjual berbagai barang khas Papua, mulai dari koteka, tas noken, tifa, gelang dan banyak ada baju khas Papua. "Tapi omset sekarang menurun soalnya kan tidak ada tamu. Biasanya ada tamu dari luar [negeri], ada yang pesan banyak juga. Sekarang karena lockdown jadi tidak ramai seperti kemarin, sepi," ungkap Tahir.

Pemain yang dipanggil seleksi Timnas Indonesia beberapa waktu lalu itu mengaku, terhentinya kompetisi berdampak terbesar pada pendapatan. Karena itu, jauh-jauh hari ia sudah berkomunikasi dan memberikan pengertian kepada sang istri, Ayu Dwi Ariyani, supaya lebih berhemat dalam menggunakan uang di masa sulit seperti ini. 

"Sebelum PSSI bilang kompetisi vakum, saya sudah ada pikiran. Jadi saya komunikasi sama istri supaya uang tabungan yang ada diatur bagaimana baiknya. Pemasukan utama saya dari gaji sebagai pemain, jadi vakum ini bermasalah banget karena pemasukan tergantung sama sepak bola," ucap Tahir.

Sebagai pemain, Tahir juga harus menerima keputusan pemotongan gaji yang dikeluarkan PSSI. Namun, dibanding memikirkan dirinya sendiri, Tahir justru memikirkan nasib teman-teman sesama pemain lain yang mungkin tidak seberuntung dirinya. "Kalau 'atas' maunya begitu [maksimal 25 persen gaji dari nilai kontrak] mau enggak mau harus terima. Kasihan kalau teman-teman yang gajinya rendah, terima 25 persen mereka mau bertahan hidup bagaimana," tutur Tahir.

Tahir mengaku saat ini rasa jenuh sudah mulai menghampirinya. Terkadang, rasa rindu bisa berlatih dan bercanda dengan teman satu tim dan seniornya di Persipura juga sering melanda. Terlebih, situasi di Jayapura saat ini juga masih sepi meski sudah lebih normal dibanding ketika awal-awal penyebaran virus corona di Indonesia. Toko-toko dan pasar harus tutup pukul 18.00 WITA lalu setelahnya tak ada lagi ingar bingar seperti sedia kala.

Aparat kepolisian juga terus berpatroli setiap malam memantau supaya tidak ada masyarakat yang berkumpul demi menyetop penyebaran virus corona di ujung timur Indonesia itu. "Penyebaran virus ini bisa berhenti tergantung kita. Kalau tidak mau virus ini lama, ya kita dulu harus berbuat. Taati aturan, stay at home. Di rumah saja tidak usah berkeliaran. Jaga diri, jaga kondisi," tuturnya. (*)

Kompetisi Liga 1 Stop, Pesepakbola Ini jadi Nelayan

Jumat, 10/04/2020

Muhammad Tahir, harus berpikir keras mencari pemasukan saat sepakbola di Indonesia terhenti sementara. (ist)

Berita Terkait


Kompetisi Liga 1 Stop, Pesepakbola Ini jadi Nelayan

Muhammad Tahir, harus berpikir keras mencari pemasukan saat sepakbola di Indonesia terhenti sementara. (ist)

KORAN KALTIM.COM, JAYAPURA - Kompetisi Liga 1 2020 yang terhenti karena pandemi virus corona membuat sejumlah pesepakbola tanah air memutar otak mencari sumber rejeki lain guna memenuhi kebutuhan keluarga.

Salah satu yang kini banting setir dari profesi pesepakbola adalah Muhammad Tahir. Gelandang klub Persipura Jayapura itu mengaku memilih kembali melaut menjadi nelayan agar dapur tetap mengepul. Tahir harus berjuang hidup di tengah masa darurat Covid-19, karena ia masih perlu menafkahi istri dan dua anaknya, Nur Azizah serta Salsabila Putri.

Wabah corona membawa Tahir kembali ke laut, mencari ikan untuk dijual. Bahkan, kini pemain 26 tahun itu lebih banyak berada di laut ketimbang di lapangan hijau.

Mencari ikan merupakan salah satu kegemaran Tahir sejak kecil. Di masa anak-anak, Tahir sering ikut kakaknya memancing di laut. Sebagian dari hasil tangkapan dijual di pasar dekat rumah dan sisanya dikonsumsi sendiri. "Saat ini saya balik ke laut jadi nelayan. Kalau sedang tidak jadi nelayan, paling jaga [toko] suvenir punya orang tua di depan Pasar Hamadi [Jayapura]," ucap Tahir seperti diwartakan cnnindonesia.com.

Tahir merasa beruntung memiliki beberapa pilihan aktivitas. Selain bisa mencari ikan, ia juga dapat menjaga toko suvenir orang tuanya yang menjual berbagai barang khas Papua, mulai dari koteka, tas noken, tifa, gelang dan banyak ada baju khas Papua. "Tapi omset sekarang menurun soalnya kan tidak ada tamu. Biasanya ada tamu dari luar [negeri], ada yang pesan banyak juga. Sekarang karena lockdown jadi tidak ramai seperti kemarin, sepi," ungkap Tahir.

Pemain yang dipanggil seleksi Timnas Indonesia beberapa waktu lalu itu mengaku, terhentinya kompetisi berdampak terbesar pada pendapatan. Karena itu, jauh-jauh hari ia sudah berkomunikasi dan memberikan pengertian kepada sang istri, Ayu Dwi Ariyani, supaya lebih berhemat dalam menggunakan uang di masa sulit seperti ini. 

"Sebelum PSSI bilang kompetisi vakum, saya sudah ada pikiran. Jadi saya komunikasi sama istri supaya uang tabungan yang ada diatur bagaimana baiknya. Pemasukan utama saya dari gaji sebagai pemain, jadi vakum ini bermasalah banget karena pemasukan tergantung sama sepak bola," ucap Tahir.

Sebagai pemain, Tahir juga harus menerima keputusan pemotongan gaji yang dikeluarkan PSSI. Namun, dibanding memikirkan dirinya sendiri, Tahir justru memikirkan nasib teman-teman sesama pemain lain yang mungkin tidak seberuntung dirinya. "Kalau 'atas' maunya begitu [maksimal 25 persen gaji dari nilai kontrak] mau enggak mau harus terima. Kasihan kalau teman-teman yang gajinya rendah, terima 25 persen mereka mau bertahan hidup bagaimana," tutur Tahir.

Tahir mengaku saat ini rasa jenuh sudah mulai menghampirinya. Terkadang, rasa rindu bisa berlatih dan bercanda dengan teman satu tim dan seniornya di Persipura juga sering melanda. Terlebih, situasi di Jayapura saat ini juga masih sepi meski sudah lebih normal dibanding ketika awal-awal penyebaran virus corona di Indonesia. Toko-toko dan pasar harus tutup pukul 18.00 WITA lalu setelahnya tak ada lagi ingar bingar seperti sedia kala.

Aparat kepolisian juga terus berpatroli setiap malam memantau supaya tidak ada masyarakat yang berkumpul demi menyetop penyebaran virus corona di ujung timur Indonesia itu. "Penyebaran virus ini bisa berhenti tergantung kita. Kalau tidak mau virus ini lama, ya kita dulu harus berbuat. Taati aturan, stay at home. Di rumah saja tidak usah berkeliaran. Jaga diri, jaga kondisi," tuturnya. (*)

 

Berita Terkait

Manchester United Menang di Old Trafford, Rasmus Hojlund Cetak Gol Lagi Setelah 10 Pertandingan

Borneo FC Yakin Balas Kekalahan dari Madura United di Leg Kedua

Abdul Rahman Agus Pimpin Pabersi Kaltim, KONI Minta Jaga Posisi untuk Tetap jadi Cabang Olahraga Andalan

LeKOP Optimistis Kaltim Bisa Tembus 5 Besar di PON XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara

Championship Series: Borneo FC Kekuatan Penuh Saat Dijamu Madura United Nanti Malam

Bayer Leverkusen Cetak Sejarah di Bundesliga, Tak Pernah Kalah di Laga Tandang Selama Satu Musim

Arsenal Berharap Tottenham Hotspur Jegal Manchester City dalam Perebutan Gelar Juara Liga Inggris

Menang Telak dan Degradasikan Granada, Real Madrid Lewati Rekor 34 Tahun

Inter Milan Menang Telak Lima Gol Tanpa Balas Lawan Frosinone

Festival Sepak Bola Dini di Mini Soccer Aji Imbut Tenggarong Seberang Bukti Pemerintah Hadir Dalam Pembinaan Olahraga

Trofi Bola Emas Maradona Dilelang Bulan Depan di Paris

Skuat Pabrik Torehkan Sejarah di Eropa, Tak Terkalahkan dalam 49 Laga, Bisa Lewati Catatan 59 Tahun Benfica

Borneo FC di Grup B ASEAN Championship Club, Nabil Husien Sebut jadi Pengalaman Berharga

Asa Masih Ada untuk Indonesia U-23 Hadapi Guinea U-23 Malam Nanti

Singkirkan PSG, Final Liga Champions jadi Penebus Kecewa Borussia Dortmund

Judo Kaltim Bakal Ajukan Try Out ke Korea, Dua Kelas Diyakini Potensi Juara di PON

Dispora Pastikan Festival Sepak Bola Usia Dini di Stadion Aji Imbut Pekan Ini

Semifinal Leg Kedua Liga Champions Dini Hari Nanti, PSG Ingin Cetak Gol Cepat, Borussia Dortmund Berambisi Wujudkan Mimpi

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.