Senin, 12/02/2018

COP Telusuri TKP Orangutan yang Mati Diberondong Peluru

Senin, 12/02/2018

DIKELILINGI SAWIT: Lokasi tempat ditemukannya Mario, orangutan yang mati diberondong peluru. (Foto: Center of Orangutan Protection)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

COP Telusuri TKP Orangutan yang Mati Diberondong Peluru

Senin, 12/02/2018

logo

DIKELILINGI SAWIT: Lokasi tempat ditemukannya Mario, orangutan yang mati diberondong peluru. (Foto: Center of Orangutan Protection)

BONTANG - Kematian individu orangutan yang diberi nama Morio oleh Balai TNK dan BKSDA masih diselidiki Polres Kutai Timur (Kutim). 

Kematian Morio atau yang disebut Kaluhara II oleh Center of Orangutan Protection (COP) mati dengan sangat mengenaskan pada Selasa (6/2) lalu. Terdapat 130 peluru di tubuhnya akibat diberondong senapang angin serta tebasan parang dan bekas hantaman benda tumpul.

Minggu (11/2) kemarin,  COP menelusuri lokasi tepatnya orangutan berkelamin jantan ini ditemukan pertama kali, di danau Teluk Pandan, Kutim.

Dikatakan Manager Program Perlindungan Habitat COP Ramadhani, ia bersama Paulinus mencoba menelusuri lokasi sekitar TKP. 

“Tujuan kami sebenarnya ingin tahu apa sih sebenarnya yang terjadi di sekitar lokasi. Pasalnya, sangat jarang orangutan memakan sawit. Nah, dari hasil nekropsi, ada tiga buah sawit ditemukan di dalam lambungnya,” ujar Dhani, sapaan akrab Ramadhani.

Di lokasi itu, kata Dhani, dikelilingi kebun sawit luas sekitar 2 hektare dan rawa dengan dengan kedalaman 1-5 meter. 

Selain itu, Dhani dan Paulinus juga menemukan dua sarang tipe C, perkiraan berumur 4-5 bulan. Namun belum bisa dipastikan, apakah sarang itu adalah sarang Mario atau ada orangutan lain. 

Yang aneh, kata Dhani, Mario ditemukan berada di tengah danau dengan memeluk sebuah ranting pohon. Padahal, orangutan diketahui sangat takut dengan air.  “Kami coba kelilingi danau tidak ada yang nyambung, semua terpisah, nah ini jadi pertanyaan lain. Tiang yang dipeluk semalaman, tidak nyambung ke daratan, ini juga heran. Bagaimana dia bisa menyeberang,” kata Dhani.

Selain itu, mereka juga mencoba mencari sarang yang ada di tanah. Sebab, Mario diketahui mengalami kebutanaan. Dengan kondisi seperti itu, mustahil bagi Mario untuk bersarang di atas pohon. “Tapi tidak menemukan,” ujar Dhani.

Dhani penyelidikan terhadap kematian orangutan ini segera membuahkan hasil. “Harapan saya segera mungkin pihak kepolisian bisa menemukan pelaku penembakan orangutan itu,” kata Dhani.

Dhani menjelaskan, dari 130 peluru yang bersarang di tubuh Mario,  74 peluru di kepala, sembilan peluru di tangan kanan, 14 peluru di tangan kiri, 10 peluru di kaki kanan, enam peluru di kaki kiri, dan 17 peluru di dada. Berondongan peluru ini diduga menyebabkan kebutaan pada kedua mata Mario. 

“130 peluru adalah terbanyak dalam sejarah konflik antara orangutan dan manusia yang pernah terjadi di Indonesia. Saya harap ini segera terungkap. Jangan sampai gara-gara lemahnya penyelesaikan kasus dan kurangnya kesadaran masyarakat sehingga kasus seperti ini terus terulang dan terulang lagi nanti,” pungkas Dhani. (cil)


COP Telusuri TKP Orangutan yang Mati Diberondong Peluru

Senin, 12/02/2018

DIKELILINGI SAWIT: Lokasi tempat ditemukannya Mario, orangutan yang mati diberondong peluru. (Foto: Center of Orangutan Protection)

Berita Terkait


COP Telusuri TKP Orangutan yang Mati Diberondong Peluru

DIKELILINGI SAWIT: Lokasi tempat ditemukannya Mario, orangutan yang mati diberondong peluru. (Foto: Center of Orangutan Protection)

BONTANG - Kematian individu orangutan yang diberi nama Morio oleh Balai TNK dan BKSDA masih diselidiki Polres Kutai Timur (Kutim). 

Kematian Morio atau yang disebut Kaluhara II oleh Center of Orangutan Protection (COP) mati dengan sangat mengenaskan pada Selasa (6/2) lalu. Terdapat 130 peluru di tubuhnya akibat diberondong senapang angin serta tebasan parang dan bekas hantaman benda tumpul.

Minggu (11/2) kemarin,  COP menelusuri lokasi tepatnya orangutan berkelamin jantan ini ditemukan pertama kali, di danau Teluk Pandan, Kutim.

Dikatakan Manager Program Perlindungan Habitat COP Ramadhani, ia bersama Paulinus mencoba menelusuri lokasi sekitar TKP. 

“Tujuan kami sebenarnya ingin tahu apa sih sebenarnya yang terjadi di sekitar lokasi. Pasalnya, sangat jarang orangutan memakan sawit. Nah, dari hasil nekropsi, ada tiga buah sawit ditemukan di dalam lambungnya,” ujar Dhani, sapaan akrab Ramadhani.

Di lokasi itu, kata Dhani, dikelilingi kebun sawit luas sekitar 2 hektare dan rawa dengan dengan kedalaman 1-5 meter. 

Selain itu, Dhani dan Paulinus juga menemukan dua sarang tipe C, perkiraan berumur 4-5 bulan. Namun belum bisa dipastikan, apakah sarang itu adalah sarang Mario atau ada orangutan lain. 

Yang aneh, kata Dhani, Mario ditemukan berada di tengah danau dengan memeluk sebuah ranting pohon. Padahal, orangutan diketahui sangat takut dengan air.  “Kami coba kelilingi danau tidak ada yang nyambung, semua terpisah, nah ini jadi pertanyaan lain. Tiang yang dipeluk semalaman, tidak nyambung ke daratan, ini juga heran. Bagaimana dia bisa menyeberang,” kata Dhani.

Selain itu, mereka juga mencoba mencari sarang yang ada di tanah. Sebab, Mario diketahui mengalami kebutanaan. Dengan kondisi seperti itu, mustahil bagi Mario untuk bersarang di atas pohon. “Tapi tidak menemukan,” ujar Dhani.

Dhani penyelidikan terhadap kematian orangutan ini segera membuahkan hasil. “Harapan saya segera mungkin pihak kepolisian bisa menemukan pelaku penembakan orangutan itu,” kata Dhani.

Dhani menjelaskan, dari 130 peluru yang bersarang di tubuh Mario,  74 peluru di kepala, sembilan peluru di tangan kanan, 14 peluru di tangan kiri, 10 peluru di kaki kanan, enam peluru di kaki kiri, dan 17 peluru di dada. Berondongan peluru ini diduga menyebabkan kebutaan pada kedua mata Mario. 

“130 peluru adalah terbanyak dalam sejarah konflik antara orangutan dan manusia yang pernah terjadi di Indonesia. Saya harap ini segera terungkap. Jangan sampai gara-gara lemahnya penyelesaikan kasus dan kurangnya kesadaran masyarakat sehingga kasus seperti ini terus terulang dan terulang lagi nanti,” pungkas Dhani. (cil)


 

Berita Terkait

Singgung Program Merdeka Belajar di Hardiknas, Pj Gubernur Kaltim: Tidak Usah Lagi Ganti Kurikulum

Kejar Target Upacara Kemerdekaan di IKN, Infrastruktur Kelistrikan Dikebut

Nasib Ribuan THL di Kukar Disorot, DPRD Minta Pemkab Tindaklanjuti karena Belum Terlaporkan di LKPj 2023

Ada Tembakan Gas Air Mata, Peringatan Hari Buruh di Balikpapan Berakhir Ricuh, Tiga Mahasiswa Mengalami Tindakan Refresif

Kesbangpol Kaltim Siapkan Anggaran di APBD Perubahan Jelang Pilkada Serentak

Terdengar Suara Benturan Keras, Remaja Tewas Usai Tabrak Truk Tangki Berhenti di Pinggir Jalan

Tahun Ini, PPDB SMA/SMK di Samarinda Akan Dibuka Mulai Juni

Dua Bangunan dan Satu Sepeda Motor di Samarinda Utara Hangus Terbakar, Termasuk Dokumen Penting Pemilik Rumah

Luka Melepuh di Mulut dan Tangan Bocah, Pasutri di Samarinda Terancam Hukuman Lima Tahun Penjara

Menghina Sultan Kutai, Panglima Kijang Disidang Adat dan Mengaku Telah Bersalah

ASN yang Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daerah Bakal Ditindak BKD Kaltim

Hendak ke Balikpapan, Rombongan Dispusip Berau Kecelakaan di Kelay Pagi Tadi, Lima Orang Luka-Luka

Sistem Transportasi Cerdas akan Diterapkan di IKN

Satu Rumah Warga di Balikpapan Rubuh Imbas Hujan Deras Pagi Tadi

Alasannya Cemburu, Pria di Otista Samarinda Ini Aniaya Istri Siri Hingga Diancam dengan Badik

ETLE Sudah Diberlakukan di Kutai Kartanegara, Kendaraan Dinas Hingga Pejabat Publik Sudah Ada yang Ditilang

Bagian Dalam GOR Segiri Samarinda Dinilai Mengecil, Anggaran Rp88 Miliar Dianggap Terlalu Besar

Parkiran SCP Tidak Berizin, Pansus LKPJ Langsung Gelar Sidak

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.