Senin, 25/03/2024

Teknisi PT Rohde Ungkap Kendala Alat Penyadap dalam Sidang Kasus Penggelapan Tiga Oknum Bintara Polda

Senin, 25/03/2024

Tiga Bintara oknum Polda Kaltim yang terlibat kasus penggelapan alat penyadap senilai Rp 70 miliar kembali menjalani persidangan di PN Balikpapan, Senin (25/3/2024). (David Purba/ Korankaltim.com)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Teknisi PT Rohde Ungkap Kendala Alat Penyadap dalam Sidang Kasus Penggelapan Tiga Oknum Bintara Polda

Senin, 25/03/2024

logo

Tiga Bintara oknum Polda Kaltim yang terlibat kasus penggelapan alat penyadap senilai Rp 70 miliar kembali menjalani persidangan di PN Balikpapan, Senin (25/3/2024). (David Purba/ Korankaltim.com)

Penulis : David Purba 

KORANKALTIM.COM, BALIKPAPAN - Sidang kasus penggelapan alat penyadap yang melibatkan tiga bintara Polda Kaltim kembali digelar di PN Balikpapan pada Senin (25/3/2024) pagi tadi. 

Satu diantara agenda sidang tersebut adalah pemeriksaan saksi vendor pengadaan alat penyadap bernama Supriyanto, teknisi dari PT Rohde.

Supriyanto mengungkapkan pada tanggal 7 hingga 11 September 2019, dirinya diminta datang ke Balikpapan untuk melakukan pengecekan alat kelengkapan sistem penyadap pada Direct Finder (DF) aktif dan pasif. Permintaan pengecekan ini muncul karena alat penyadap tersrbut tidak bisa difungsikan oleh Direktorat Reserse Narkoba Polda Kaltim.

"Memang ada beberapa item yang tidak ada di dalam perangkat, misalnya dongle pada sistem pertama, jadi ada yang tidak berfungsi karena dongle-nya tidak ada," ungkap Supriyanto dalam persidangan.

Sejumlah perangkat pada sistem penyadap tersebut hilang sehingga sistem tidak dapat difungsikan sepenuhnya dan Supriyanto bahkan sempat meminta kantornya untuk mengirimkan dongle pengganti ke Balikpapan sebagai solusi sementara.

Dalam kesaksiannya, Supriyanto juga menjelaskan alat penyadap ini biasanya hanya digunakan untuk keperluan intelijen, seperti oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Meskipun memiliki harga yang mahal, pengoperasian alat ini tidaklah mudah. Sebagai bukti, Supriyanto bahkan harus menjalani pelatihan di Jerman, tempat dimana alat ini diproduksi.

"Di kantor saya hanya dua teknisi yang bisa merangkai dan mengoperasikan alat ini," sebutnya.

Dari kesaksian Supriyanto terungkap alat penyadap ini memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi dan tidak mudah untuk dioperasikan. Jika pun dijual dipasaran, Supriyanto meyakini tak akan ada yang berminat membelinya, mengingat harganya yang cukup mahal. 


Editor: Aspian Nur

Teknisi PT Rohde Ungkap Kendala Alat Penyadap dalam Sidang Kasus Penggelapan Tiga Oknum Bintara Polda

Senin, 25/03/2024

Tiga Bintara oknum Polda Kaltim yang terlibat kasus penggelapan alat penyadap senilai Rp 70 miliar kembali menjalani persidangan di PN Balikpapan, Senin (25/3/2024). (David Purba/ Korankaltim.com)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.