Rabu, 01/05/2019
Rabu, 01/05/2019
Salah satu lahan perkebunan klaster bawang binaan BI yang berhasil panen beberapa waktu lalu di Kabupaten Penajam Paser Utara. (Istimewa/KoranKaltim.Com)
Rabu, 01/05/2019
Salah satu lahan perkebunan klaster bawang binaan BI yang berhasil panen beberapa waktu lalu di Kabupaten Penajam Paser Utara. (Istimewa/KoranKaltim.Com)
KORANKALTIM.COM, BALIKPAPAN - Bank Indonesia mendorong pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Timur. Salah satunya adalah pengembangan klaster bawang.
Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kpw BI Balikpapan, Thomy Andryas mengatakan, program itu untuk mewujudkan kualitas dan peningkatan akses keuangan pelaku UMKM.
"Klaster merupakan sekelompok UMKM yang beroperasi pada sektor atau sub sektor yang sama dan saling berkaitan dari hulu ke hilir. Saat ini yang dikembangkan adalah klaster bawang dan cabai," kata Thomy Andryas, Selasa kemarin (30/4/2019).
Kedua klaster tersebut dikembangkan di Gunung Bubukan Kota Balikpapan dan Desa Rintik di Kabupaten Penajam Paser Utara sebagai upaya perbaikan produksi dan meningkatkan kompetensi petani. "Dilaksanakan secara tahun jamak mulai 2017 sampai 2020," ucapnya.
Sehingga tak hanya memberikan pendampingan, BI juga berupaya memberikan akses pasar bagi petani yang memproduksi kedua komoditas penyumbang inflasi tersebut.
"Tahun ini dilakukan hilirasi yakni bawang merah diolah menjadi bawang goreng, jadi akses pasar dan akses keuangan juga meningkat," jelasnya.
Diketahui produksi klaster bawang merah di Kota Balikpapan berhasil mencapai 24,53 ton pada triwulan pertama 2019 dengan produktivitas rata-rata 7,38 ton per hektare. Sedangkan Kabupaten Penajam Paser Utara memproduksi 100,88 ton dengan produktivitas rata-rata 8,66 ton per hektare.
"BI juga mengembangkan klaster cabai nonpestisida. Konsepnya sama dengan klaster bawang tapi masih berupa proyek percontohan, mulai dari persiapan, implementasi hingga petani benar-benar bisa mandiri," terangnya.
BI, lanjut Thomy, turut mengembangkan klaster padi organik di Kabupaten Kutai Barat dan Berau. Termasuk pengembangan sapi di Kota Samarinda yang berjalan sejak 2015 silam. (*)
Penulis / Editor : */Hendra
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.