Jumat, 13/06/2025

Sering-Seringlah Ganti Seprai Tempat Tidur, Ini Alasannya

Jumat, 13/06/2025

(marca.com)

Share
Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Sering-Seringlah Ganti Seprai Tempat Tidur, Ini Alasannya

Jumat, 13/06/2025

logo

(marca.com)

KORANKALTIM.COM - Berapa kali harusnya mengganti seprai tempat tidur? Jawabannya mungkin jauh dari yang direkomendasikan para ahli karena kebanyakan orang melakukannya setiap dua atau tiga minggu bahkan ada yang lebih lama lagi.

Tetapi apakah itu benar ?  Lucía García López, profesor Mikrobiologi Umum dan Imunologi asal Spanyol menjelaskan perlu waktu lebih sering untuk mengganti seprai demi menjaga kesehatan. "Banyak orang mengabaikan seberapa sering  harus mencuci seprai dan handuk, tetapi melakukannya secara teratur bukan hanya masalah kebersihan tetapi juga kesehatan," ungkap Lucia melansir dari laman Marca.com Jumat (13/6/2025) pagi ini.

Faktanya, seprai adalah tempat berkembang biaknya berbagai jenis tungau, hewan kecil yang tak terlihat mata. “Yang paling umum adalah tungau debu, dermatophagoides farinae dan dermodex folliculorum, sarcoptes scabiei yang memakan sel-sel kulit mati dan berkembang biak lebih baik di lingkungan yang hangat dan lembap," jelas  Gracia Del Río Piñero, spesialis dermatologi medis-bedah dan venereologi asal Sevilla.

“Tungau atau arthropoda kecil itu memakan serpihan kulit dan tumbuh subur di lingkungan yang hangat dan lembap, seperti tempat tidur ," jelas García López.

"Seprai dapat menampung bakteri, jamur, virus, sel kulit mati, keringat dan residu dari kosmetik atau produk perawatan tubuh," jelasnya. 

Terkait masalah kesehatan yang dapat timbul akibat tidak mencuci sprei secara teratur, ahli mikrobiologi memperingatkan. “Penumpukan tungau debu dan alergennya pada sprei meningkatkan risiko reaksi alergi dan serangan asma , terutama pada orang yang sensitif atau mereka yang memiliki riwayat asma,” jelas mereka. 

Beberapa bakteri, seperti  Clostridium difficile bahkan dapat bertahan hidup dari proses pencucian tertentu dan menyebabkan infeksi kulit atau gastrointestinal, apalagi lingkungan tempat tidur digunakan bersama atau kebersihan pribadi buruk, membuat infeksi kulit seperti kurap dan kondisi dermatologis lainnya akan muncul.

Resiko ini lebih besar pada pasien dengan dermatitis tipe psoriasis , dermatitis atopik, pasien lanjut usia yang terbaring di tempat tidur, pasien yang mengalami imunosupresi, pasien yang menjalani pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid sistemik, pasien dengan penyakit neurologis dengan gangguan termoregulasi dan sekresi sebum, diabetes, obesitas dan bayi. 

Lalu berapa sering harus mencuci dan mengganti sprei?  “Disarankan untuk mencuci sprei  seminggu sekali  atau, paling tidak setiap 10 hari untuk meminimalkan risiko yang disebutkan di atas,” ujar para ahli 

Melakukannya setiap hari, menurut pendapat ahli mikrobiologi tidak diperlukan bagi kebanyakan orang dan dapat memiliki efek yang kontraproduktif.

Faktanya, hipotesis higienis yang diajukan oleh ahli epidemiologi David Strachan pada tahun 1989 menunjukkan paparan terbatas terhadap mikroba di masa kanak-kanak dapat dikaitkan dengan peningkatan penyakit alergi dan autoimun.

“Mencuci seprai secara berlebihan dapat merusak kain dan meningkatkan konsumsi air dan energi tanpa manfaat nyata,” tegas mereka. 

Untuk mencuci seprai dan menghilangkan tungau, kuman dan bakteri, Del Río Piñero menyarankan sprei harus dicuci dengan air panas diatas 60 derajat celcius.

"Untuk tungau kudis ada produk yang mengandung permetrin atau akarisida yang dapat digunakan selama pencucian," ucapnya. 

“Untuk menghilangkan tungau dan mikroorganisme, disarankan untuk mencuci seprai  minimal 30 menit," imbuh ahli mikrobiologi tersebut. 

Suhu itu membunuh alergen dan patogen seperti  Clostridium difficile , yang dapat bertahan terhadap pencucian yang lebih lembut. Disarankan juga untuk menggunakan deterjen, dan jika memungkinkan menambahkan disinfektan seperti hipoklorit akan meningkatkan efektivitasnya.

Di sisi lain, ventilasi udara juga penting. “Memberikan ventilasi pada ruangan setiap hari selama minimal  10-20 menit  membantu mengurangi kelembapan dan konsentrasi tungau debu, yang tumbuh subur di lingkungan yang hangat dan lembap,” kata ahli mikrobiologi tersebut.

“Ventilasi yang baik juga mengurangi penumpukan CO₂ dan meningkatkan kualitas udara. Disarankan untuk membuka jendela di pagi hari untuk menyegarkan udara dan mengeringkan kelembapan berlebih dari tempat tidur,” jelasnya.

Editor: Aspian Nur

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.