Kamis, 17/04/2025

Buntut Tarif Trump, CPO dan Batu Bara di Kaltim Terancam Alami Penurunan Permintaan

Kamis, 17/04/2025

Kepala KPw BI Kaltim, Budi Widhihartanto (Rafik/Koran Kaltim).

Share
Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Buntut Tarif Trump, CPO dan Batu Bara di Kaltim Terancam Alami Penurunan Permintaan

Kamis, 17/04/2025

logo

Kepala KPw BI Kaltim, Budi Widhihartanto (Rafik/Koran Kaltim).

Penulis : M Rafik

KORANKALTIM.COM, SAMARINDA – Kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang menetapkan tarif sebesar 32 persen terhadap ekspor dari Indonesia diperkirakan akan berdampak pada perekonomian di Kalimantan Timur (Kaltim). 

Meski tidak berdampak secara langsung, Kaltim tetap merasakan imbasnya melalui gelombang kedua yang berpotensi menimbulkan risiko terhadap kegiatan ekspor dan perekonomian daerah

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widhihartanto, menjelaskan bahwa berdasarkan data historis ekspor tahun 2024, komoditas dari Kaltim tidak diekspor secara langsung ke Amerika Serikat. 

Oleh karena itu, kebijakan tarif Presiden Trump tidak secara langsung memukul perekonomian Kaltim. Namun, dampak tetap bisa dirasakan karena adanya potensi penurunan permintaan dari negara-negara mitra dagang Kaltim.

“Ada potensi second round impact yang akan merambat ke Kaltim,” terangnya.

Mengingat, Provinsi Kaltim memiliki sumber daya alam unggulan seperti Crude Palm Oil (CPO) dan batu bara serta bahan-bahan kimia yang dianggap penting bagi berbagai mayoritas negara yang bermitra dagang dengan Indonesia khususnya Kaltim.

Adapun negara-negara mitra dagang di Kaltim yang terdampak kebijakan tarif Trump diantaranya Filipina, China dan India.

“Situasi ini membuat kita mau tidak mau berpotensi menggerus permintaan komoditas ekspor di Kaltim,” jelasnya.

Dampak lainnya diantaranya yaitu potensi penurunan permintaan ekspor batu bara dari Kaltim. Budi beranggapan potensi penurunan ini akan menyebabkan membuat perlambatan kerja industri-industri unggulan di hilir.

“Contohnya seperti industri tekstil, alas kaki dan elektronik,” paparnya. 

Sehingga dengan adanya potensi penurunan ini akan menurunkan konsumsi listrik dan berimplikasi pada permintaan batu bara domestik. Mengingat, batu bara menjadi salah satu sumber energi utama pembangkit listrik di Indonesia.


Editor: Erwin


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.