Kamis, 22/02/2024
Kamis, 22/02/2024
Ubak, makanan langka khas suku Dayak di Mahakam Ulu (Mahulu). (Foto: Julika Hengin)
Kamis, 22/02/2024
Ubak, makanan langka khas suku Dayak di Mahakam Ulu (Mahulu). (Foto: Julika Hengin)
Penulis: Julika Hengin
KORANKALTIM.COM, UJOH BILANG – Emping adalah semacam makanan ringan yang terbuat dari bahan dasar biji-bijian, misalnya emping belinjo.
Namun makanan ringan khas suku Dayak di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) justru berbeda dengan emping-emping yang biasa ditemukan di warung makan dan sebagainya.
Emping khas Dayak Mahulu ini terbuat dari padi pulut dan dalam bahasa Dayaknya biasa disebut dengan Ubak atau emping padi ketan. Makanan langka ini hanya ditemukan saat musim panen padi tiba atau pada bulan Februari setiap tahunnya.
Biasanya masyarakat Mahulu membuat ubak ini beramai-ramai, ada yang membuatnya di lamin adat bahkan di rumah masing-masing. Cara membuat ubak terbilang cukup panjang, prosesnya bertahap, yang pertama padi ketan setengah tua yang sudah dilepaskan dari tangkai padi terlebih dahulu harus disangrai dengan api panas agar pecah mirip popcorn.
Setelah itu, padi pulut yang sudah matang itu kemudian ditumbuk menggunakan lesung atau desung (alat tumbuk padi tradisional) hingga membentuk kepingan beras yang lunak.
Staf adat Dayak di Mahulu Aleksius Areq mengatakan, padi pulut yang sudah diolah menjadi emping itu tidak langsung dimakan. “Karena dalam cara penyajian emping khas Dayak ini juga memiliki cara tersendiri,” sebut Alek kepada Korankaltim.com Kamis (22/2/2024) hari ini.
Sebelum emping diadon menjadi ubak, pertama-tama gula pasir atau gula merah dan kelapa parut. “Setelah itu, gula nya dilelehkan pakai air panas, kemudian disiram ke emping padinya dan diaduk rata,” kata Alek lagi.
Setelah tiga tahap penyajian itu selesai, ubak didiamkan sekita 5 sampai 8 menit untuk menjadi lembut kemudian barulah kelapa parut yang sudah disiapkan ditabur keatasnya. “Kalau sudah, siap dimakan ubaknya,” sebutnya.
Selain memberi cita rasa yang lezat untuk dinikmati, ubak juga wajib dibuat saat panen padi tiba. “Karena itu ada ritualnya juga kalau mau buat ubak, kadang waktu diambil padinya kami bacakan mantera supaya kalau dimakan bisa memberi kesehatan untuk orang yang memakannya,” ungkap Alek.
Makanan langka ini harus terus dilestarikan karena hampir 99 persen masyarakat di Mahulu rutin melakukan ini seperti yang baru-baru dibuat di Ujoh Bilang. “Bagus kalau dilestarikan, karena orang lain tidak punya, tapi kalau ada ya pasti beda juga olahannya,” ucap Alek.
Editor: Aspian Nur
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.