Rabu, 14/02/2018
Rabu, 14/02/2018
Dr. Mukhamad Ilyasin
Rabu, 14/02/2018
Dr. Mukhamad Ilyasin
SAMARINDA - Menjadi perguruan tinggi Islam terbesar di Kalimantan Timur dan Utara, Institut Agama Islam negeri (IAIN) Samarinda, tak berhenti melakukan gebrakan baru dalam menunjang perkembangan mutu kelembagaan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hari ini, kampus yang kini punya dua gedung kampus yakni di Kampus 1 Jl KH Abul Hasan, dan kampus 2 Jl HM Rifadin tersebut, menyelenggarakan 2nd International Conference in Education and Islamic Culture dengan tema Revitalizing the Role of Islamic Higher Education Towards Cultural Transformation and Radicalism Prevention yang akan digelar pada tanggal 15 Februari 2018 di IAIN Samarinda.
Bahkan seminar tersebut, dibuka langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Syarifudin. Rektor IAIN Samarinda Dr Mukhamad Ilyasin mengatakan, sejumlah pembicara tingkat nasional dan internasional akan hadir.
“Totalnya ada tujuh keynote speaker yang hadir, yang dari dalam negeri ada Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama RI), Prof. Dr. Phil Kamaruddin Amin, MA (Direktur Jenderal Pendidikan Islam), Dr. KH. Abdul Hamid Wahid, M.Ag (Rektor Universitas Nurul Jadid Probolinggo) dan Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius, MH (Kepala BNPT),” ujarnya.
Sementara dari mancanegara, hadir pula sederet akademisi Islam internasional dan tokoh pendidikan dari Malsysia, hingga Australia. “Ada Prof. Mejar Yahya Don (Universitas Utara Malaysia), Dr. H. Adanan bin H. Bashar (Kolej University Perguruan Agama Seri Bengawan, Brunei Darussalam), dan Allstair Welsh (Lecturer of Deakin University, Australia),” paparnya.
Tak hanya para pembicaranya yang datang dari tingkat nasional, dan internasional. Peserta 2nd International Conference in Education and Islamic Culture ini juga merupakan para dosen, akademisi, peneliti dari dalam maupun luar negeri.
Pelaksanaan 2nd International Conference in Education and Islamic Culture ini kata Dr Mukhamad Ilyasin bertujuan untuk menghidupkan kembali peran perguruan tinggi terhadap transformasi budaya dan pencegahan radikalisme. Mengingat Kalimantan Timur merupakan wilayah yang sudah masuk zona merah (red zone) terhadap perkembangan radikalisme.
Sehingga melalui 2nd International Conference in Education and Islamic Culture ini dapat memaksimalkan peran perguruan tinggi baik Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) maupun Perguruan Tinggi Umum (PTU) baik dalam negeri maupun luar negeri untuk dapat bersinergi dalam menangkal dan mencegah merebaknya paham radikalisme ini.
“Kegiatan 2nd International Conference in Education and Islamic Culture dengan tema Revitalizing the Role of Islamic Higher Education Towards Cultural Transformation and Radicalism Prevention ini dapat menjadi solusi dalam menangkal menjamurnya radikalisme khususnya di bumi etam ini,” tandasnya. (adv/rs)
Dr. Mukhamad Ilyasin
SAMARINDA - Menjadi perguruan tinggi Islam terbesar di Kalimantan Timur dan Utara, Institut Agama Islam negeri (IAIN) Samarinda, tak berhenti melakukan gebrakan baru dalam menunjang perkembangan mutu kelembagaan, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Hari ini, kampus yang kini punya dua gedung kampus yakni di Kampus 1 Jl KH Abul Hasan, dan kampus 2 Jl HM Rifadin tersebut, menyelenggarakan 2nd International Conference in Education and Islamic Culture dengan tema Revitalizing the Role of Islamic Higher Education Towards Cultural Transformation and Radicalism Prevention yang akan digelar pada tanggal 15 Februari 2018 di IAIN Samarinda.
Bahkan seminar tersebut, dibuka langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Syarifudin. Rektor IAIN Samarinda Dr Mukhamad Ilyasin mengatakan, sejumlah pembicara tingkat nasional dan internasional akan hadir.
“Totalnya ada tujuh keynote speaker yang hadir, yang dari dalam negeri ada Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama RI), Prof. Dr. Phil Kamaruddin Amin, MA (Direktur Jenderal Pendidikan Islam), Dr. KH. Abdul Hamid Wahid, M.Ag (Rektor Universitas Nurul Jadid Probolinggo) dan Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius, MH (Kepala BNPT),” ujarnya.
Sementara dari mancanegara, hadir pula sederet akademisi Islam internasional dan tokoh pendidikan dari Malsysia, hingga Australia. “Ada Prof. Mejar Yahya Don (Universitas Utara Malaysia), Dr. H. Adanan bin H. Bashar (Kolej University Perguruan Agama Seri Bengawan, Brunei Darussalam), dan Allstair Welsh (Lecturer of Deakin University, Australia),” paparnya.
Tak hanya para pembicaranya yang datang dari tingkat nasional, dan internasional. Peserta 2nd International Conference in Education and Islamic Culture ini juga merupakan para dosen, akademisi, peneliti dari dalam maupun luar negeri.
Pelaksanaan 2nd International Conference in Education and Islamic Culture ini kata Dr Mukhamad Ilyasin bertujuan untuk menghidupkan kembali peran perguruan tinggi terhadap transformasi budaya dan pencegahan radikalisme. Mengingat Kalimantan Timur merupakan wilayah yang sudah masuk zona merah (red zone) terhadap perkembangan radikalisme.
Sehingga melalui 2nd International Conference in Education and Islamic Culture ini dapat memaksimalkan peran perguruan tinggi baik Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) maupun Perguruan Tinggi Umum (PTU) baik dalam negeri maupun luar negeri untuk dapat bersinergi dalam menangkal dan mencegah merebaknya paham radikalisme ini.
“Kegiatan 2nd International Conference in Education and Islamic Culture dengan tema Revitalizing the Role of Islamic Higher Education Towards Cultural Transformation and Radicalism Prevention ini dapat menjadi solusi dalam menangkal menjamurnya radikalisme khususnya di bumi etam ini,” tandasnya. (adv/rs)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.