Jumat, 12/01/2018
Jumat, 12/01/2018
AKSI CURHAT: Samijan mengalungkan spanduk berisi tulisan tentang curahan hatinya. Dia rela mengorbankan ginjal demi masa depan sang anak.
Jumat, 12/01/2018
AKSI CURHAT: Samijan mengalungkan spanduk berisi tulisan tentang curahan hatinya. Dia rela mengorbankan ginjal demi masa depan sang anak.
SEORANG pria asal Desa Teluk Dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang, Samijan, menyita perhatian sejumlah pengguna jalan. Bagaimana tidak. Aksinya membentangkan kain bekas spanduk berisi tulisan yang cukup menyentuh hati orang-orang.
Kain bekas berukuran cukup besar itu ia kalungkan di dadanya sembari berjalan kaki hingga ke Kota Raja, Tenggarong. Isi tulisan itu sebenarnya luapan kekecewaan terkait nasib anaknya.
Samijan menulis, dia rela menukarkan organ vital berupa ginjalnya agar anaknya bisa bekerja sebagai bidan di rumah sakit atau Puskesmas yang ada di Tenggarong.
Ketua Umum HMI Cabang Kukar, Andi Fadli, yang menemui Sumijan di jalan protokol di bawah Jembatan Kutai Kartanegara, mengungkapkan, pria itu hanya meluapkan kekecewaannya. Sebab, anaknya sampai kini masih menganggur meski sudah menamatkan pendidikan kebidanan.
“Pak Samijan mengakui, katanya siap menukar atau menjual ginjalnya asal anaknya bisa diterima bekerja di Tenggarong. Anaknya sudah pernah magang di Puskesmas Kahala,”kata Fadli, menirukan ucapan Sumijan.
Andi akan mencoba bersilaturahmi dengan keluarga Samijan untuk mengetahui duduk perkara sebenarnya.
Menanggapi aksi ini, Kabid Sumber Daya Kesehatan (SDK) Dinkes Kukar, Abdul Samad mengatakan, Sumijan bisa mendatangi Dinkes untuk melakukan komunikasi. Kalau benar anaknya pernah magang sebagai bidan di Puskesmas Kahala, yang bersangkutan bisa mengajukan lamaran lagi jika ingin mengabdi. Sepanjang siap ditempatkan dimana saja.
“Dilihat dari tulisan Pak Samijan, meminta anaknya agar bisa bekerja di Tenggarong. Sedangkan kebutuhan tenaga bidan di Tenggarong sudah penuh, kecuali mau ditempatkan di daerah pedalaman, kebetulan sekitar bulan Oktober nanti akan diresmikan Puskesmas Jantur Muara Muntai dan Muara Pantuan kecamatan Anggana,” katanya.
Samad menambahkan, tenaga bidan di Kukar sudah banyak. Cuma penempatan saja yang tidak merata, terpusat di daerah perkotaan. Jika semakin banyak bidan yang menjadi tanggungan pemerintah, maka beban anggaran juga semakin membesar. (ran)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.