Senin, 02/04/2018

Ada Jejak Sukarno, Aset Sejarah itu Terlupakan, Gedung Nasional Kini Rimbun oleh Rerumputan

Senin, 02/04/2018

TAK TERAWAT: Kondisi Bangunan Gedung Nasional yang cukup memprihatinkan. (FOTO RUSDIANTO/KK)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Ada Jejak Sukarno, Aset Sejarah itu Terlupakan, Gedung Nasional Kini Rimbun oleh Rerumputan

Senin, 02/04/2018

logo

TAK TERAWAT: Kondisi Bangunan Gedung Nasional yang cukup memprihatinkan. (FOTO RUSDIANTO/KK)

JANGAN Sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah), begitu kata Bung Karno, Presiden pertama RI.  Ini mengungkapkan betapa pentingnya menghargai semua yang berkaitan mengenai perjalanan sebuah bangsa. Namun, tampaknya itu tak berlaku bagi Gedung Nasional,  bangunan ber-sejarah di Kota Tepian.  


Gedung Nasional adalah bukti patriotisme masyarakat Kota Samarinda. Sayang, nasib gedung ini tak terawat. Koran Kaltim tiba di halaman gedung yang pertama kali dibangun pada 1947 tersebut.  , sore kemarin. Kesan tak terawat, langsung menyergap. Untuk sebuah bangunan di tengah kota, gedung itu dirimbuni oleh rerumputan yang tumbuh di beberapa sisi bangunan.  Atap gedung bocor. Air hujan leluasa masuk, membuat lantai menjadi licin dan berlumut.

Dari Agus, warga Kelurahan Sungai Dama yang berdagang di depan gedung sejak 5 tahun lalu, Koran Kaltim mendapatkan informasi bahwa bangunan yang pernah difungsikan menjadi Gedung Bioskop pada 1973 silam ini masih kerap digunakan.

“Untuk lat-ihan teater dan kesenian. Ada pegiat seni yang menggukanan gedung ini untuk berkegiatan. Tapi tidak setiap hari kegiatannya, tidak menentu,” imbuhnya.

Agus mendengar bahwa gedung tersebut saat ini secara resmi dikelola oleh Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim dan dijadikan sekretariat.  Namun, ia mengatakan DKD nampak tak serius memberikan perhatian.  Dampak yang paling nyata, berupa sambungan air PDAM di gedung yang terletak di Jl Panglima Batur atau dahulu Stamboel Strat tersebut menunggak hingga dicabut oleh PDAM. “Untung listrik masih ada,” tukasnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Samarinda Muhamad Faisal mengaku tak tahu banyak soal pengelolaan. “Kalau asetnya kurang tahu persis. Punya Pemprov yang dipinjam pakai ke DKD Kaltim, infonya,” ungkap Faisal.

Dari catatan Komunitas Jelajah, sebuah komunitas pecinta peduli wisata disebutkan, Gedung Nasional dibangun pada tahun 1947 pada masa Indonesia memasuki fase “Revolusi Fisik” merebut dan mempertahankan kemerdekaan. 

Dengan tujuan menyatukan dan mengkordinir langkah-langkah perjuangan, kemudian dirasa perlunya suatu wadah tersendiri dalam bentuk sebuah gedung untuk tempat berkumpulnya organisasi-organisasi atau badan-badan perjuangan di kota ini. 

Maka dibangunlah sebuah gedung yang sangat sederhana. Dinding dari papan yang disusun sirih, sebagian atap dari Kajang (atap daun Rumbia), dan alas tanah. Atas prakarsa Front Nasional pada tanggal 20 mei 1948, dalam rangka memperingati 40 tahun Kebangkitan Nasional (waktu itu masih disebut Kebangunan Nasional) dilakukan upaya meletakkan batu pertama pembangunan Tugu Nasional yang letaknya di halaman Gedung Nasional.

Dalam menyambut pengakuan kedaulatan pada akhir tahun 1949, yang mengakhiri kekuasaan Belanda di Indonesia, dengan bertempat di halaman gedung Nasional diadakanlah pasar malam amal, yang keuntungan bersihnya seluruhnya disumbangkan untuk keperluan, menyempurnakan pembangunan gedung ini.

 Salah satu nilai historis dari gedung ini adalah ketika Presiden Soekarno datang dalam kunjungan pertamanya ke Kaltim pada bulan September 1950. (Rusdianto)

Ada Jejak Sukarno, Aset Sejarah itu Terlupakan, Gedung Nasional Kini Rimbun oleh Rerumputan

Senin, 02/04/2018

TAK TERAWAT: Kondisi Bangunan Gedung Nasional yang cukup memprihatinkan. (FOTO RUSDIANTO/KK)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.