Rabu, 10/01/2018

66 % Difteri Diderita Pasein yang Tidak Diimunisasi

Rabu, 10/01/2018

Sosialisasi KLB Difteri di Ruang Meranti, Kantor BUpati Ku8tim, di kompleks Perkantoran Bukit Pelangi, Sangatta, Rabu (10/1).

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

66 % Difteri Diderita Pasein yang Tidak Diimunisasi

Rabu, 10/01/2018

logo

Sosialisasi KLB Difteri di Ruang Meranti, Kantor BUpati Ku8tim, di kompleks Perkantoran Bukit Pelangi, Sangatta, Rabu (10/1).

SANGATTA – Munculnya penyakit Difteri yang ditemukan 3 pasien di Sangatta, Kutim, tentu saja membuat masyarakat harus waspada akan penyakit menular tersebut. Pasalnya, Difteri sudah termasuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kutim.

Dengan begitu Pemkab Kutim melakukan upaya agar penyakit tersebut tidak mewabah dengan menggelar vaksinasi massal terhadap anak-anak usia 0-19 tahun. Namun sebelum melakukan itu, Pemkab Kutim melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim melakukan sosialisasi pertama kepada para guru dan petugas posyandu, Rabu (10/1), kemarin.

Difteri sendiri merupakan penyakit yang delapan tahun silam menghilang di indonesia. Kasus difteri banyak didapati dari pasein yang tidak melengkapi imunisasi pada usia balita. Namun sayangnya penyakit tersebut banyak dianggap sepele oleh sebagian orang. Selain itu, kurangnya pengetahuan oleh orang tua anak juga mempengaruhi. Alhasil, penyebaran penyakit tersebut tentu saja cepat terjadi apa bila tidak segera diobati.

Dikatakan Kepala Dinkes Kutim, Bahrani Hasanal, meski sampai dengan saat ini MUI belum mengeluarkan label halal, namun MUI juga tidak menyatakan imunisasi memiliki kandungan haram. Saat ini banyak anggapan akan imunisasi tersebut tidak diwajibkan, parahnya malah dianggap haram. “Ketidakpercayaan orang tua tersebut diprediksi menjadi salah satu kendala pemberantasan difteri,” terangnya.

Narasumber kegiatan tersebut, Dr Remi Wary mengatakan, tiga daerah yang ditemukan sangat tinggi penderita difteri, yakni Aceh, Banten dan Jawa Timur. Hal tersebut dikarenakan cakupan imunisasinya dibawah cakupan nasional. Daerah menjadi kebal dan tidak dihinggapi virus, jika daerah memiliki cakupan imunisasi masyarakatnya lebih dari delapan puluh persen.

“Dari laporan Tempo pada 7 Desember, penderita defteri 66% diderita oleh pasein yang tidak diimunisasi, 33% pada pasein yang imunisasinya tidak lengkap, dan 1 % pada pasein yang sudah memenuhi keseluruhan imunisasi,” ujarnya.

Untuk diketahui, imunisasi di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1977, yang menjadi bukti program imunisasi bermanfaat adalah jika cakupan imunisasi meningkat, jumlah wabah dan sakit berat menurun sedangkan jika cakupan imunisasi menurun, wabah dan penyakit meningkat. (yul1116)

66 % Difteri Diderita Pasein yang Tidak Diimunisasi

Rabu, 10/01/2018

Sosialisasi KLB Difteri di Ruang Meranti, Kantor BUpati Ku8tim, di kompleks Perkantoran Bukit Pelangi, Sangatta, Rabu (10/1).

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.