Selasa, 10/10/2017

Distanak Dorong Pengembangan Varietas Tuk Tuk

Selasa, 10/10/2017

SUMARLAN saat penyuluhan bawang merah Tuk Tuk bersama Poktan. (FOTO: HERI/KK)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Distanak Dorong Pengembangan Varietas Tuk Tuk

Selasa, 10/10/2017

logo

SUMARLAN saat penyuluhan bawang merah Tuk Tuk bersama Poktan. (FOTO: HERI/KK)

TENGGARONG-Program swasembada bawang merah 2018-2020 yang dicanangkan  pemerintah pusat tentunya disambut baik oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Sumarlan melalui Kepala Sesi (Kasi) Produksi Hortikultura Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Suhardi mengatakan, prospek untuk hasil tanaman hortikultura yakni bawang merah masih sangat besar peluangnya di Kukar. Mengingat kebutuhan bawang merah selama ini masih dipasok dari luar daerah.

“Produksi bawang merah untuk di Kukar masih sangat rendah, tahun kemarin saja petani kita yang mengembangkan bawang merah baru sekitar 20-an hektare saja sedangkan kebutuhan masih sangat tinggi,” kata Suhardi, kemarin.

Dia mengungkapkan saat ini produksi bawang merah di Kukar sendiri dalam satu hektare baru menghasilkan empat ton saja. Angka ini menurut Suhardi masih sangat jauh jika Kukar ingin menjadi tuan rumah di daerah sendiri. Paling tidak cakupan luasan untuk produksi bawang merah memerlukan 100 sampai 150 hektare dengan produksi per-hektare delapan sampai 10 ton.

“Harusnya dalam satu hektare-nya bisa memproduksi delapan sampai 10 ton, tapi untuk sementara produksi bawang merah kita baru sekitar empat sampai lima ton per-hektare, jadi masih belum intensif masih rendah. Selama ini sangat besar kebutuhan bawang merah kita masih mendatangkan dari daerah lain,” ungkapnya.

Suhardi menjelaskan, faktor yang memengaruhi perkembangan bawang merah di Kukar cenderung lambat adalah bibit bawang merah sendiri belum tersedia, selain membutuhkan dana yang cukup besar untuk pengembangan komoditas ini. ”Satu hektare itu dibutuhkan biaya sekitar 80 juta, sehingga petani kita masih kesulitan untuk mengembangkan karena modal petani kita yang masih sangat kurang,” jelasnya.

Saat ini Distanak terus melakukan penyuluhan dalam bentuk pelatihan dan motivasi-motivasi kepada Kelompok Tani (Poktan) yang ada di Kecamatan-kecamatan dengan tujuan bisa mulai mengembangkan produksi bawang merah. “Salah satu yang kita lakukan ke Poktan yang ada di kecamatan yaitu dengan mengembangkan bawang merah dengan biji yaitu pengembangan bawang merah Tuk Tuk, kalau yang umum itukan pengembangan dengan umbi bawang merah sendiri kita tanam, tapi kalau dengan biji, yaitu di semai dulu baru dipindahkan untuk ditanam,” ujarnya.

Dari segi biaya pengembangan bawang merah Tuk Tuk ini jauh lebih hemat dari pengembangan bawang merah pada umumnya. Namun untuk proses panennya memang sedikit lebih lambat dari pengembangan pada umumnya, keunggulannya biayanya lebih hemat. “Untuk pengembangan umum itu perkiraan modalnya dalam satu hektare diperlukan 60 sampai 80 juta sedangkan dengan metode Tuk Tuk kita beli bijinya saja cukup dengan modal sekitar 20 juta, jadi memang jauh lebih hemat,” sebutnya.

Distanak berharap dukungan semua stake holder terkait agar turut mendukung langkah pengembangan produksi bawang merah ini. Kukar masih sangat besar peluangnya karena luasnya lahan yang dimiliki. “Kalau kita sendiri masih bisa memproduksi kenapa harus mendatangkan dari luar, kita harus optimis,” tegasnya. (adv/hei)


Distanak Dorong Pengembangan Varietas Tuk Tuk

Selasa, 10/10/2017

SUMARLAN saat penyuluhan bawang merah Tuk Tuk bersama Poktan. (FOTO: HERI/KK)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.